Rafah -- Umm Muhammed Abu Sada menggunakan kerudung miliknya untuk menutupi mayat-mayat di jalanan Kota Rafah, di wilayah selatan Kota Gaza, Palestina, Senin, 4 Agustus 2014. Kota yang berada di selatan Gaza ini telah mendapat serangan udara dan darat yang cukup sengit dari tentara Israel.
"Bau dari mayat-mayat ini menyedihkan untuk dilihat. Sangat mengerikan melihat manusia-manusia yang sudah tidak bernyawa bertebaran di jalanan," kata Abu Sada kepada Al Jazeera. "Rudal-rudal itu menghantam setiap orang sampai-sampai tidak ada lagi tempat untuk berlindung," ujarnya.
Ternyata tak hanya orang yang kesulitan mencari tempat hidup di Gaza. Mayat-mayat pun bergeletakan di berbagai tempat karena tidak ada tempat untuk menguburkannya atau tidak ada orang yang sempat menguburkannya.
Pemandangan sejenis terlihat di rumah sakit di Kota Rafah. Mayat-mayat bergelimpangan di selasar rumah sakit itu. Keluarga pemilik jenazah tak punya pilihan dan meninggalkan mayat itu di kamar mayat. Suasana serupa juga terlihat di Rumah Sakit Kuwaiti di kota yang sama. Mobil-mobil ambulans untuk membawa jenazah keluar dari rumah sakit. Mobil-mobil itu berjajar untuk mendapatkan jalan untuk keluar dari kerumunan para staf rumah sakit dan keluarga-keluarga.
Abu Sada berjalan ke pintu masuk Rumah Sakit Kuwaiti. Mayat-mayat bergeletakan di selasar bangunan rumah sakit itu. Ia memprotes Perserikatan Bangsa-Bangsa yang tidak mampu mengakhiri serangan Israel ke Gaza. "Keyakinan kami ada di tangan Tuhan," kata Abu Sada.
Perang yang berkecamuk membuat warga Palestina terpaksa menyimpan tubuh saudara-saudaranya yang sudah tidak bernyawa di kulkas. Jasad Malak, bocah berumur 6 tahun, dan Ismail, 13 tahun, pun terpaksa disimpan di kulkas.
Dokter di Rumah Sakit Kuwaiti mengatakan tidak ada tempat yang tersedia bagi jasad-jasad itu. Oleh sebab itu, jasad yang relatif lebih kecil terpaksa disimpan di kulkas.
Selain itu, atas negosiasi dengan staf medis dan dokter setempat, beberapa mayat di rumah sakit akan diletakkan di pinggir jalan di luar gedung rumah sakit.
Sedikitnya 1.830 warga Palestina tewas dan lebih dari 9.406 menderita luka-luka akibat operasi militer Israel di Gaza sejak satu bulan lalu. Dari pihak Israel, enam prajurit tewas, dua warga Israel tewas dan satu pekerja asal Thailand juga tewas.
Selain korban tewas, sekitar 180 ribu ribu warga yang masih hidup di Rafah juga terisolasi dari dunia luar. Para warga dilarang untuk menghampiri akses vital. Para insinyur dilarang untuk memperbaiki kerusakan saluran air dan listrik. Jaringan telepon dan Internet juga terputus. (rep01/tc)