New York - Turnamen sepak bola terbesar, Piala Dunia 2014, segera digelar di Brasil pada 12 Juni-13 Juli. Sebanyak 32 negara akan berlaga memperebutkan supremasi tertinggi dalam olah raga ini. Idealnya, tak ada lagi batasan ras atau status sosial di lapangan hijau, karena hanya ada dua ukuran: skill individu dan keunggulan tim.
Namun ada penelitian menarik yang dipaparkan oleh Patrick Rishe, profesor ilmu ekonomi di George Herbert Walker School of Business and Technology, Webster University, St Louis, Amerika Serikat. Dalam sebuah kolom di situs Forbes, Rishe menelisik hubungan antara kondisi ekonomi satu negara dengan prestasi mereka dalam bidang sepak bola, terutama saat berlaga di turnamen Piala Dunia.
Rishe pun menyimpulkan ada sedikit hubungan terbalik antara skill bermain sepak bola dengan perekonomian satu negara. Singkat kata, negara miskin ternyata lebih jago dalam urusan sepak bola. Hal ini terlihat setelah Rishe membandingkan produk domestik bruto (GDP), GDP per kapita, populasi serta urutan koefisien gini (indikator ketimpangan pendapatan) dari 32 negara peserta Piala Dunia 2014. Berikut ini kesimpulannya.
- Kekayaan tidak menjamin kecakapan dalam bermain sepak bola. Ternyata, hanya 14 dari 50 negara terkaya di dunia (dari ukuran GDP per kapita) yang bisa berlaga dalam Piala Dunia 2014. Dari urutan 10 besar negara terbaik dalam urusan sepak bola, hanya ada dua yang masuk daftar terkaya yakni Jerman dan Swiss.
- Semakin miskin semakin jago. Sepintas, pernyataan itu mungkin agak kasar. Tapi Rishe menemukan fakta bahwa 3 dari 10 tim sepak bola terbaik masuk kategori negara miskin yakni Brasil, Uruguay, Kolombia. Sedangkan 25 persen dari negara peserta Piala Dunia 2014 berada dalam posisi 100 ke bawah peringkat negara-negara berdasarkan GDP per kapita. Contohnya adalah Honduras, Ghana, Nigeria, Kamerun, dan Pantai Gading.
- Negara padat penduduk lebih jago. Ternyata, 15 dari 32 peserta Piala Dunia masuk dalam daftar negara dengan penduduk terbanyak di seluruh dunia. Dari fakta ini, ada sedikit korelasi antara sepak bola dengan kemiskinan, karena biasanya negara padat penduduk memiliki GDP per kapita lebih rendah dibandingkan yang lain.
- Jago sepak bola, timpang pendapatan. Setelah membandingkan koefisien gini seluruh peserta Piala Dunia 2014, Rishe menemukan fakta bahwa tiga dari 10 negara unggulan memiliki ketimpangan pendapatan yang cukup besar. Ketiganya yakni Brasil, Uruguay, dan Kolombia. Sedangkan dalam daftar 9 peserta yang tidak diunggulkan, ada dua negara dengan ketimpangan pendapatan terkecil yakni Jerman dan Swiss. (rep01/tpc)