Jakarta-Sejak paruh kedua tahun lalu, pasar properti di Indonesia sudah mengalami perlambatan. Para pengamat properti mengatakan, perlambatan itu diprediksi masih akan berlanjut pada kuartal pertama 2014 ini.
Namun, di saat yang sama, pasar properti Tanah Air akan lebih stabil selepas pemilu presiden mendatang, tepatnya pada 9 Juli 2014. Pasalnya, kejelasan politik membuat investasi lebih nyaman bagi pelaku pasar.
"Salah satu pertimbangan orang membeli properti karena waktunya pas. Kalau ada kepastian siapa presidennya, orang akan jadi nyaman berinvestasi," ujar Head of Research Jones Lang LaSalle (JLL), Anton Sitorus, di kantor JLL, belum lama ini.
Secara umum, berdasarkan hasil survei dan pengamatan JLL, perlambatan di pasar properti Indonesia terjadi karena beberapa faktor. Pertama, pertumbuhan ekonomi Indonesia sendiri sangat terpengaruh dengan lambatnya perbaikan ekonomi di Asia Pasifik. Lemahnya nilai tukar rupiah terhadap dollar AS dan tingginya suku bunga pinjaman bank pun membuat konsumen dan investor mengurungkan niat mereka melakukan ekspansi. Belum lagi dengan melemahnya sentimen pasar akibat mengantisipasi pemilu.
Hal senada juga disampaikan oleh Country Head JLL Todd Launchlan. Pada kesempatan sama Launchlan mengatakan, bahwa pemilihan umum memang menyedot fokus semua orang dari berbagai bidang. Namun, dia juga berharap bahwa hasil baik yang keluar dari pemilu akan menjadikan tahun ini jauh lebih baik.
Launchlan yakin, optimisme pelaku pasar, termasuk pengembang, investor, maupun konsumen terhadap pertumbuhan sektor properti di masa yang akan datang masih positif. Dia merujuk pada prediksi pertumbuhan ekonomi Indonesia yang akan membaik setelah pemilu. Pendapatan Domestik Bruto (PDB) Indonesia diproyeksikan berada di atas kisaran enam persen. (rep05)