JAKARTA - Laju nilai tukar Rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) sepanjang pekan kemarin melemah tipis. Jika sebelumnya terdapat euforia masyarakat yang berimbas pada
penguatan laju IHSG namun, kini laju nilai tukar Rupiah baru merasakan imbas tersebut dimana mengalami kenaikan di hari kedua pekan kemarin.
Kepala Riset Trust Securities mengatakan bahwa adanya penilaian terhadap peningkatan capital inflow sehubungan dengan sentimen euforia tersebut memberikan amunisi bagi
penguatan Rupiah.
"Di sisi lain, penguatan Rupiah turut didukung penguatan AUD dengan sentimen akan kenaikan bertahap RBA rate dari level saat ini 2,25 persen," ujar Reza, Jakarta, Minggu (23/3/2014).
Pasca mengalami kenaikan, lanjutnya, laju Rupiah kembali terkoreksi setelah merespon rilis kenaikan tipis NAHB housing market index, manufacturing & industrial production, hingga
NY empire state manufacturing AS.
Selain itu, juga memanfaatkan rilis data-data tersebut untuk masuk ke dolar. Apalagi, juga terdapat sentimen jelang rapat FOMC dalam dua hari ini yang membuat laju dolar dapat
bergerak naik.
"Meski sudah dipastikan setiap bulan akan ada pemotongan stimulus The Fed senilai USD10 miliar namun, memang seperti itulah siklusnya dan selalu digunakan untuk terapresiasinya
dolar AS," ujar Reza.
Di sisi lain, pelaku pasar juga merespon negatif rendahnya proyeksi pertumbuhan Indonesia oleh Bank Dunia dan Fitch Ratings di level 5,3 persen di bawah proyeksi Pemerintah. Lalu
Yen yang kembali melemah seiring rilis masih defisitnya neraca perdagangan Jepang sehingga memberikan kesempatan dolar terapresiasi.
"Makin menguat setelah Gubernur The Fed, Janet Yellen memberikan sinyal pengurangan lebih cepat dan peluang untuk kenaikan suku bung Fed rate," ujarnya.
Sebelumnya, Nilai tukar Rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) menguat tipis. Rupiah akhir pekan ini ditutup menguat di rp13 atau 0,12 persen di Rp11.432 per USD.(rep05)