Jakarta-Microsoft dan Google telah meminta agar para vendor tidak membuat perangkat dengan fitur dual-boot OS, Android dan Windows Phone. Mungkin banyak yang menyayangkan sikap kedua raksasa TI tersebut, namun ada juga yang justru mendukung.
Pengamat teknologi Peter Bright dari situs Ars Technica mengatakan, perangkat dual-OS memang kedengarannya canggih dan keren, namun fitur tersebut hanya akan membuat bingung dan ribet pengguna kebanyakan.
Seperti dikutip dari BGR, Bright berkomentar bahwa aplikasi Google dan Microsoft satu dengan yang lainnya tidak saling terhubung, bahkan tidak saling mengakui keberadaannya masing-masing dalam sistem.
Dengan memiliki sistem operasi ganda, maka jumlah aplikasi yang dipakai pengguna menjadi dua kali lipat, dengan asumsi mereka meng-install aplikasi yang sama di dua platform berbeda. Hal tersebut justru malah akan memakan ruang penyimpanan internal smartphone yang saat ini kian terbatas.
Selain itu, Bright juga berkomentar bahwa tidak ada pengguna yang ingin repot-repot harus me-restart perangkatnya untuk berganti sistem operasi. Belum lagi jika pengguna ternyata salah menggunakan sistem operasi di tengah-tengah mengerjakan sesuatu.
Menurut Bright, smartphone dual-OS lebih berguna bagi para developer aplikasi ketimbang pengguna awam. Developer seringkali harus mencoba aplikasi buatan mereka di dua platform berbeda.
Asus memang telah diminta Google dan Microsoft menghentikan produksi oerangkat dual-OS-nya. Begitu juga dengan Huawei yang batal memproduksi produk serupa, setelah sebelumnya mengumumkan akan meluncurkan smartphone dengan OS Android dan Windows di kuartal kedua 2014. (rep05)