Jakarta-Kepolisian memastikan kelompok teroris yang melakukan aksi baku tembak dengan tim gabungan Satuan Brimob Polda Sulawesi Tengah dan Detasemen Khusus 88 Antiteror Polri, Kamis (6/2/2014) kemarin, berasal dari jaringan Santoso. Santoso merupakan pimpinan kelompok Mujahidin Indonesia Timur yang kerap beroperasi di Poso, Sulawesi Tengah.
“Ya (kelompok Santoso),” kata Kepala Polri Jenderal Pol Sutarman di Mabes Polri, Jakarta, Jumat (7/2/2014).
Kepala Biro Penerangan Masyarakat Polri, Brigjen Pol Boy Rafli Amar menjelaskan, peristiwa penembakan terhadap anggota itu bermula saat mereka sedang melaksanakan Operasi Aman Maleo di Desa Taunca, Kecamatan Poso Pesisir Selatan, Kabupaten Poso, Sulawesi Tengah.
Langkah itu merupakan bagian dari operasi penegakan hukum untuk mencari para teroris yang masuk daftar pencarian orang (DPO).
Mulanya, tim gabungan telah melakukan upaya pendeteksian di kawasan Lereng Gunung Biru yang sejak dulu kerap dijadikan sebagai daerah latihan militer para kelompok teroris. Ketika tiba di lokasi, tim kemudian melakukan penyisiran dan menemukan sejumlah material yang diduga digunakan untuk membuat bahan peledak, serta sejumlah senjata rakitan.
Kemudian, sekira pukul 10.30 Wita, tiba-tiba tim gabungan mendapat serangan tembakan dari kelompok teroris. Petugas kemudian melakukan tembakan balasan. Aksi baku tembak tersebut baru berakhir sekira pukul 14.30 Wita.
“Diperkirakan ada sekitar sepuluh orang dari kelompok teroris itu yang melakukan penembakan kepada anggota kita,” ujarnya.
Akibat peristiwa tersebut, seorang anggota Satuan Brimob Polda Sulteng, Bharada I Putu Satria, tewas setelah tertembak di dadanya. Selain itu, dua tersangka teroris tewas ketika penggerebekan, satu diantaranya berhasil diidentifikasi bernama Pandu.
Saat ini, kedua jenazah tersangka teroris itu telah berada di Ruang Instalasi Forensik RS Bhayangkara Palu. Sedangkan, jenazah Satria akan segera diberangkatkan ke Bali untuk dimakamkan.
“(Tersangka) yang satu lagi masih dilakukan identifikasi untuk mencaritahu berbagai petunjuk identitas yang ada untuk mengetahui jati dirinya. Kemudian kita melibatkan tim DVI (Dissaster Victim Investigation) untuk mengetahui persis data-data antemortem atau postmortem,” ujarnya.
Pandu, tersangka teroris yang tewas pada operasi itu diketahui merupakan bagian dari kelompok Santoso. Menurut Boy, tersangka bersama kelompoknya telah melakukan latihan militer di lokasi tersebut selama beberapa bulan terakhir. Akan tetapi, bukan sebuah perkara mudah untuk menangkap mereka.
Boy menjelaskan, kelompok teroris memiliki kecenderungan suka berpindah lokasi tempat tinggal ketika menjalani pelatihan. Akibatnya, menyulitkan petugas.
“Kelompok ini yang melakukan pelatihan di lereng Gunung Biru, Poso Pesisir, yang beberapa bulan terakhir sudah teridentifikasi. Tetapi mereka selalu mobile untuk mencari posisi yang aman,” ujarnya. (rep05)