Jakarta - Revolusi musim panas pada 2011 membawa nasib buruk bagi rezim Zine El Abidine Ben Ali yang sudah 23 tahun berkuasa di Tunisia. Sebab, usai digedor demo selama satu bulan penuh, Presiden kedua Tunisia itu bukan hanya digulingkan, tetapi juga dipermalukan.
Tepat sebulan setelah lengser, Kepolisian Nasional Tunisia berhasil mengorek-mengorek borok Ben Ali dan kroni-kroninya, terutama soal kegemaran sang diktator yang suka menimbun kekayaan.
Yang paling memalukan adalah kasus terbongkarnya simpanan segunung harta berupa perhiasan emas serta pecahan duit berbagai mata uang asing di balik dinding perpustakaan di istana kenegaraan. Jadi, bagi Ben Ali, perpustakaan tak hanya berarti gudang ilmu, melainkan gudang harta.
Dari temuan itu, Kepolisian langsung mengembangkan kerjanya. Dari penyelidikan yang dibantu oleh Tim Pengembalian Aset PBB, ternyata Ben Ali juga terbukti menaruh segerobak duitnya di beberapa rekening bank luar negeri. Besarnya mencapai USD 29 juta yang diatasnamakan sang istri, Leila Trabeisi.
Tak berhenti di urusan duit, tim yang sama berhasil membuktikan kalau Ben Ali selama ini sudah membangun jaringannya bisnisnya lewat kroni. Tak kurang, 390 perusahaan tersebar mengurita baik di dalam maupun di luar Tunisia.
Berkaca pada kasus Ben Ali, di Indonesia kesialan yang sama juga menimpa Akil Mochtar, bekas Ketua Mahkamah Konstitusi. Menurut Mahfud Md yang juga bekas Ketua MK, cara-cara Akil menyembunyikan uang rupanya nyaris sama dengan bekas Presiden Tunisia itu, yakni memanfaatkan dinding rumah dinas mereka. Bedanya, jika Ben memanfaatkan perpustakaan, Akil menyembunyikan duitnya di tembok bekas ruang karaoke Mahfud. Entah terinspirasi Ben atau tidak, yang jelas Akil juga sama-sama sedang dipermalukan akibat perbuatannya sendiri. (rep05)