RATUSAN warga Kepenghuluan Bangko Mukti, Kecamatan Bangko Pusako, Rokan Hilir sejak Selasa (19/11/2013) hingga Rabu (20/11/2013) terus menyisir sungai Bangko untuk menemukan jasad Fitri (11) yang diterkam buaya. Pasalnya, sebelum Fitri hilang diterkam buaya, bocah itu sempat mandi di aliran anak sungai Rokan itu dengan bibinya Dariah (30) yang sedang mencuci pakaian, sekitar pukul 07.30 WIB Selasa lalu. Meski sempat nonggol dan ditembak polisi hingga tiga kali, buaya berukuran 7 meter masih belum mau memuntahkan jasad Fitri yang ada di mulutnya.
Kebetulan, rumah bibinya ini tepat di tepian sungai Bangko. Usai mencuci, Dariah berpamitan dengan fitri naik ke permukaan sungai untuk menjemur pakaian yang sudah dicucinya. "Tak berapa lama, belum lagi saya selesai menjemur pakaian, Fitri tiba-tiba menghilang," kenang Dariah menceritakan awal kejadian saat di lokasi kejadian.
Dariah sempat menduga, sebagai warga yang biasa hidup di tepian sungai, dirinya merasa Fitri berkemungkinan menyelam ke dalam sungai karena rutinitas itu biasa dilakukan korban saat mandi di sungai. Namun, Dariah semakin curiga karena selama 15 menit ditunggu, korban tak muncul ke permukaan air. Merasa penasarannya semakin kuat, akhirnya Dariah memutuskan turun ke sungai sambil memanggil-manggil nama korban.
Mendengar teriakan Dariah, rumah kedua orangtua korban yang bersebelahan dengan Dariah mengusik pendengar sang ayah, Jumali (54) ibunya Tariamah hanya bisa terus menangis begitu mengetahui kejadian hilangnya anak kesayangannya itu.
Sambil menunggu kabar dari ratusan warga yang menyusuri sungai, Jumali dan Tariamah berharap jasad anaknya bisa ditemukan. "Saya ingin anak saya bisa ditemukan. Kalaupun diterkam buaya, yang penting anak saya kembali meski buaya itu tak ditemukan. Saya ikhlas," lirihnya sambil meneteskan air mata.
Senada dengan Jumali, meski tak memiliki firasat kejadian buruk itu menimpah keluarganya dan menewaskan anaknya. Jumali mengaku tetap ikhlas. "Semoga saja anak saya cepat kembali," hanya itu kalimat yang keluar dari mulutnya yang bergetar sedih.
Kapolsek Bangko Pusako , AKP James Sibarani bersama anggotanya yang turut dengan ratusan warga menyisir sungai berusaha terus mencari korban. Tak jarang warga juga terjun ke sungai untuk menemukan buaya diperkirakan berukuran panjang 7 meter itu.
Selama dua hari pencarian hingga berjarak 2 kilometer dari lokasi awal ke arah hulu dan hilir sungai, Rabu sore sempat terdengar suara tembakan yang diletuskan anggota Polsek Bangko dan diyakini tim telah menemukan buaya tersebut.
Beberapa saat kemudian, Bripka M Sihombing membenarkan pihaknya menemukan buaya tersebut di arah hulu sungai. "Kita sudah menemukan jejak buaya. Mahalan di mulut buaya itu jasad korban terus di bawa ke sana ke mari. Waktu itu buaya tampak timbul dan si Fitri berada di mulut buaya itu. Kemudian kami melepaskan tembakan ke arah buaya berharap jasad itu dimuntahkan buaya. Tetapi upaya itu gagal, buaya kembali tenggelam berulang kali dan sampai saat ini belum muncul," sebut Sihombing menegaskan pihaknya dua kali meletuskan tembakan.
Hingga penembakan ketiga, buaya itu diyakini terkena peluru polisi. "Kita bukan mau membunuh buaya itu, tapi hanya mau mengambil jasad korban," tutur Sihombing. Tetapi sampai berita ini diturunkan, upaya menemukan jasad Fitri belum membuahkan hasil dan ratusan warga masih terus menyisir sungai.
Salah seorang warga, Rasyid (67), sebelumnya warga juga sering melihat penampakan buaya di sekitar pinggiran sungai. Malahan, belakangan ada tiga ekor buaya yang sering terlihat. "Sejak tiga hari terakhir memang warga sering melihat ada tiga ekor buaya berkeliaran. Yang satu berukuran kurang lebih 7 meter. Mungkin itu yang memangsa Fitri," katanya.
Warga lainnya menambahkan, mereka percaya pemangsa jasad Fitri adalah buaya yang biasa disebut 'Datuk Rumbia' atau buaya penununggu sungai. "Biasanya buaya ini (Datuk Rumbia) sedang mengamuk. Makanya sampai memakan manusia," ujar Rasyid meyakini.
Biasanya, sambung Rasyid, munculnya Datuk Rumbia akibat ulah warga yang tidak sopan terhadap lingkungan semisal mandi tanpa busana di sungai Bangko. "Tetapi itu hanya pengalaman cerita nenek moyang kami saja, boleh percaya atau tidak. menurut saya ada pantangan yang dilanggar warga," jelas Ramli.
Pawang Buaya
Belum membuahkan hasil menemukan jasad Fitri, warga berinisiatif mendatangkan pawang buaya dari daerah tetangga Kadis, Kabupaten Siak. Malahan, aktivitas di sekitar sungai dipadati warga. Tak jarang kejadian ini malah mendatangkan rezeki dadakan bagi pedagang musiman.
Namun, sayangnya sang pawang memlilih balik mundur dan mengaku tak sanggup membantu. Tak putus asa, warga pun mendatangkan pawang buaya dari Bagan Batu, Kecamatan Bagan Sinembah. Ironisnya, pawang ini malah meminta uang Rp12 juta dengan alasan penawar memanggil sang buaya.
Akibat mahalnya biaya yang diminta sang pawang asal Bagan Batu, warga memutuskan mendatangkan pawang lain dari Rantau Kopar. Namun, informasi kelanjutan dari upaya mendatangkan pawang buaya ini hilang begitu saja. Sementara, aktivitas yang biasa menjadi nelayan berubah menjadi jasad korban. (rep1)