Perusahaan Listrik Negara (PLN) Wilayah Riau dan Kepulauan Riau melakukan pemadaman listrik di Pekanbaru hingga tiga kali dalam sehari dengan jumlah durasi lebih dari delapan jam.
Mulyadi, warga Jalan Seroja, Kelurahan Kulim, Kecamatan Tenayan Raya, Pekanbaru, Selasa mengatakan, pemadaman listrik oleh PLN akhir-akhir ini semakin tak beraturan.
"Kalau biasanya satu sampai dua kali pemadaman dalam sehari, kali naik jadi tiga kali bahkan empat kali sehari," kata ayah dua anak ini.
Dalam satu kali pemadaman, demikian Mulyadi, durasinya bisa dua sampai tiga jam sehingga menyebabkan berbagai aktivitas menjadi terganggu.
"Banyangkan saja, mau makan tiba-tiba waktu masak nasi (di penanak nasi tenaga listrik) lampu mati. Nasinya nggak masak kami nggak makan," katanya dilansir republika.co.id.
Keluhan atas persoalan yang sama juga disampaikan Suep (48), warga Kulim lainnya.
Menurut dia, pemadaman listrik yang tak beraturan menyebabkan dirinya harus mengalami kerugian material maupun moral.
"Bukan cuma rugi uang karena nggak kerja, saya juga rugi waktu dan anak-anak bisa nggak sekolah karena malu 'PR' (pekerjaan rumah) nggak selesai akibat listrik selalu padam setiap malam," katanya.
General Manager PLN Wilayah Riau dan Kepulauan Riau Doddy Benjamin Pangaribuan mengatakan, pemadaman listrik secara bergilir dilakukan maksimal dua kali sehari dengan durasi dua jam setiap pemadaman.
Kalau melebihi itu, demikian Doddy, berarti ada gangguan pada sistem atau jaringan karena cuaca buruk seperti hujan atau badai.
PLN Wilayah Riau dan Kepulauan Riau (WRKR) mengakui, defisit listrik yang terjadi di provinsi tersebut sekitar 134,4 Mega Watt, sehingga terpaksa dilakukan pemadaman bergilir.
"Itu benar. Dengan dilakukan pemadaman bergilir, tentunya semua pelanggan merasakan ketidaknyaman. Untuk itu, PLN mohon maaf," ujar Doddy Benjamin Pangaribuan.
Menurutnya, kebutuhan listrik di Riau pada waktu beban puncak dari mulai pukul 18.00 WIB hingga jam 22.00 WIB adalah sebesar 450,7 MW sedangkan kemampuan pembangkit listrik yang ada di Riau hanya 316,3 MW.
Selama ini, untuk menutup kekurangan daya 134,4 MW, PLN WRKR andalkan pasokan dari Sumatera Barat melalui sistem interkoneksi Sumatera Bagian Tengah (Sumbagteng) dan Sumatera Utara sistem interkoneksi Sumatera Bagian Utara (Sumbagut).
Mesin pembangkit milik PLN di kedua provinsi itu sedang bermasalah, sehingga dampaknya sangat dirasakan di Riau sejak bulan Maret atau tujuh bulan terakhir. Waktu pemadaman bergilir dirasa lebih lama dalam beberapa bulan terakhir.
"Kami tetap berusaha maksimal, agar setiap pelanggan maksimum hanya dua kali padam dalam sehari, dengan durasi pemadaman bergilir maksimal selama terjadi dalam 2 jam," katanya.(rep2)