Surabaya-Badan Penanggulangan Bencana Daerah Jawa Timur mencatat sedikitnya 250 desa di wilayah Jawa Timur sudah mengalami kekeringan. Mereka tersebar di 16 kabupaten/kota dengan kondisi yang paling parah di wilayah Madura. "Ini catatan sampai dengan 12 September lalu," kata Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah Jawa Timur Sudharmawan, Senin, (16/9).
Sebanyak 16 kabupaten/kota antara lain Kabupaten Bangkalan, Sampang, Pamekasan, Pacitan, Trenggalek, Tulungagung, Madiun, Ngawi, Magetan, Bojonegoro, Probolinggo, Lamongan, Tuban, Pasuruan, Bondowoso, dan Mojokerto. Kondisi terparah terdapat di Pulau Madura.
Menurut Sudharmawan, kekeringan itu terjadi karena kelangkaan sumber air. Pihak BPBD masih menghitung berapa besar kerugian akibat kekeringan ini. Untuk mengantisipasi krisi air bersih, BPBD telah menyediakan 1.933 tandon untuk mendroping air di semua desa terdampak. Setiap tandon memiliki kapasitas 2.200 liter air.
Ia memperkirakan kemarau tahun ini akan berlangsung lebih pendek dibandingkan sebelumnya.Jumlah kabupaten/kota yang mengalami kekeringan tahun ini menurun. Pada 2012 lalu, ada 23 kabupaten/kota yang terdampak kekeringan pada puncaknya di bulan September. Sudharmawan mengklaim hal itu disebabkan adanya upaya mitigasi yang dilakukan Pemerintah Provinsi Jawa Timur cukup berhasil. "Dari dimensi upaya, penurunan itu salah satu indikator mitigasi pemerintah menunjukkan hasil," kata dia.
Beberapa upaya yang dilakukan pemerintah diantaranya adalah pembuatan embung geomembran. Pada 2012 lalu, sudah 21 embung yang telah dibangun. Satu embung berkapasitas 5 ribu meter kubik air atau 5 juta liter. Sesuai dengan standar Millenium Development Goal's, satu embung bisa dimanfaatkan 2.500 jiwa per hari (1 jiwa=20 liter per hari).
Pada 2013 ini, Dinas Pengairan Jawa Timur tengah mengerjakan 50 embung geomembran dan 100 embung pada 2014. Keberadaan embung ini merupakan salah satu bentuk mitigasi struktural untuk memperkecil desa terdampak kekeringan. Upaya ini juga disinergikan dengan pengeboran air sumber dalam yang dilakukan Dinas Pekerjaan Umum Cipta Karya dan Dinas Energi Sumber Daya Mineral.
Kekeringan di Jawa Timur tahun ini mundur dari biasanya. Pada Agustus lalu, hujan masih terjadi di sejumlah wilayah walaupun tidak merata. Praktis, kekeringan baru terjadi pada September. erdasarkan prediksi Badan Meterologi, Klimatologi dan Geofisika, sepanjang 2013 ini Jawa Timur memang mengalami musim kemarau basah. Curah hujan berkisar antara 0-50 milimeter. Sedangkan Oktober nanti, Jawa Timur sudah mulai memasuki musim pancaroba dengan dengan curah hujan antara 50-100 milimeter bahkan bisa 100-400 milimeter. "Bisa dikatakan kekeringan tahun ini lebih pendek," ujar Sudharmawan dilansir Tempo.co. (rep03)