DUMAI-Pencoblosan Pemilu Gubernur Riau (Pilgubri) 4 September telah usai, namun bukan berati tidak menimbulkan persoalan. Kini muncul informasi adanya 2 Tempat Pemungutan Suara (TPS) yang didirikan di perbatasan Dumai-Rokan Hilir, diduga siluman dan berujung pada bentrok fisik dan penyandraan seorang warga di daerah Mekar Sari, Batu Tritip oleh massa dari Kecamatan Sinaboi, Kabupaten Rokan Hilir.
Demikian informasi yang berhasil dirangkum riauterkinicom, Sabtu (7/9/13) malam saat pemungutan suara pada tanggal 4 September yang lalu membuat kondisi keamanan tapal batas Dumai - Rohil luput dari pantaun Polisi diakibatkan daerah tersebut terisolir dikarenakan tidak adanya akses jalan darat menuju daerah perbatasan tersebut.
Daerah yang berkecamuk tersebut terdapat di Mekar Sari kelurahan Batu Teritip, kecamatan Sungai Sembilan dimana usai melakukan pemungutan suara. Namun, informasi tersebut baru meledak ke ranah publik setelah 6 orang warga dan 2 orang korban penganiayaan mendatangi Polres Dumai.
Namun, kedatangan mereka belum membuat laporan resmi, sebab masih menunggu Marzuki, warga Mekar Sari yang di sandra warga Sinaboi Rokan Hilir. "Kami baru mengadu secara lisan, belum membuat laporan polisi. Kami konsultasi bagaimana solusi terbaiknya. Sebab, warga kami dalam keadaan tertekan oleh warga sebelah," ujar Sinurat, salah seorang warga Mekar Sari yang menjadi korban penganiayaan warga Sinaboi Rohil.
Diceritakannya, Desa Batu Teritip merupakan bagian terluar dari Kota Dumai, yang berbatasan langsung dengan daerah Sinaboi, Rokan hilir. Warga Desa Batu Teritip tidak mempunyai akses darat untuk menuju pusat Kota Dumai.
Satu-satunya akses darat, mereka harus melewati jalan tanah menuju Bagan Siapi-api, Ibukota Kabupaten Rohil, sedangkan akses menuju pusat Kota Dumai hanya melewati jalur laut yang bisa menghabiskan anggaran Rp2,5 juta dengan speedboat. Karena, perjalanan laut tersebut menghabiskan waktu minimal 3 jam.
Sedangkan konflik bermula, ketika warga Sinaboi mendirikan dua TPS di wilayah Batu Teritip. Tepatnya di Teluk Dalam dan Sinepis. Padahal, TPS itu tidak masuk dalam daftar TPS resmi di desa tersebut. Sehingga, kehadiran TPS itu dipertanyakan warga setempat.
"TPS ini kan siluman, yang didirikan oleh warga Sinaboi, Rohil. TPS ini tak terlihat aktivitas warga mencoblos, lalu suara ada. TPS ini kan siluman, yang didirikan oleh warga Sinaboi, Rohil. TPS ini tak terlihat aktivitas warga mencoblos, lalu suara ada di sana 500 suara," katanya dilansir riauterkini.com.
Ketika keberadaan TPS yang didirikan warga Sineboi itu dipertanyakan, sore hari usai penghitungan suara, 30 orang datang menyerang. Sementara warga Desa Teritip dalam keadaan tidak siap menghadapi serangan itu.
"Mereka memukul kami sampai babak belur. Parahnya, mereka bawa balok, parang dan senjata lainnya. Satu warga kami bernama Marzuki di pukul hingga berdarah, lalu diseret di jalan tanah sepanjang lima kilo. Dia menyandra Marzuki, sampai sekarang belum tahu keberadaan Marzuki, apakah dia hidup atau sudah mati," katanya.
Sampai berita ini diterbitkan, belum ada keterangan mengenai hal tersebut dari pihak kepolisian. Bahkan informasi terakhir, kondisi perbatasan antara Kota Dumai dengan Kabupaten Rokan Hilir masih mencekam, dan warga disana pada ketakutan dengan ulah serangan malam yang dilakukan seorang oknum massa dari daerah tetangga.***(rep2)