Hadapi SEA Games

Loncat Indah Keluhkan Sarana Latihan

Jakarta - Tiga bulan jelang perhelatan SEA Games di Myanmar, pelatih loncat indah Harly Ramayani mengeluhkan sarana latihan yang kurang memadai untuk para atletnya.

Hal itu diungkapkan Harly dilansir detiksport, Senin (26/8/2013). Ia mengatakan, meski pelatnas sudah digelar sejak November lalu, namun aspek penting dalam latihan dinilainya masih kurang memadai.

Disebutkannya, beberapa sarana latihan dry training berupa trampolin sudah tidak layak pakai.

"Trampolin itu kita punya dua. Satunya memang sudah tidak dipakai lagi, karena sudah tidak layak. Kalau dipaksa malah bahaya. Per-per nya juga sudah karatan. Sementara yang satu lagi, kondisi masih bisa, tapi sebenarnya sudah tidak memadai juga, itu cuma atlet tertentu yang bisa pakai," katanya.

"Tapi memang semestinya trampolin itu harus sudah ganti semua," sambungnya.

Ia mengaku sudah coba berkomunikasi dengan pihak Satlak Prima, namun tak ada kelanjutan. Ia pun menyesalkan sikap pemerintah yang hanya melihat hasilnya saja. Padahal untuk mencapai hasil yang bagus dibutuhkan proses yang baik pula.

"Mereka itu kurang menghargai prosesnya. Padahal prosesnya itu yang paling penting. Begitu juga dengan peralatan, itu kan bagian dari proses. Kalau sarana tidak aman, risikonya 'kan besar," terangnya.

"Para atlet juga latihannya tidak maksimal karena kepikiran kondisi alat. Saya sebagai pelatih juga punya tanggung jawab besar kepada orangtua mereka." tuturnya.

Kendati begitu, Harly tetap menyemangati atletnya untuk tetap giat berlatih. Sembari mencari cara untuk memperbaiki trampolin tersebut. Apapun caranya.

"Ya saya akan tetap berusaha untuk mengganti trampolin itu, bagaimanapun caranya. Karena tuntutan di SEA Games ini berat, atlet sudah kelas Asia Tenggara. Tapi kalau tidak didukung sarana yang tidak baik, tidak akan maksimal juga latihannya," ungkapnya.

"Harapan kepada pemerintah, ya mereka (Pemerintah) sudah tahu lah. Pak Menteri juga sudah meninjau, bahkan pernya pernah lepas di mata beliau. Tapi mungkin kurang serius kali menanganinya, dan memang dana juga kurang," sebutnya. (rep1)