PEKANBARU - Berkat doa, kesabaran, serta ditambah dengan motivasi sembuh yang tinggi, Muhammad Sabarudi dan istri yang sebelumnya sempat terpapar Covid-19 akhirnya bisa merasa lega, setelah melihat hasil tes swab yang dilakukannya menunjukkan hasil Negatif Covid-19.
Sebulan penuh, semenjak dinyatakan terkonfirmasi Covid-19, Muhammad Sabarudi yang juga merupakan seorang anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kota Pekanbaru dan istrinya melakukan isolasi mandiri di rumahnya, Jalan Hangtuah, Pekanbaru.
Sabarudi tidak pernah menyangka akibat dari keteledorannya melanggar protokol kesehatan di keseharian menyebabkan ia terpapar Covid-19, bahkan istrinya sendiri terkonfirmasi virus berbahaya tersebut karena tertular darinya.
Aanggota DPRD Kota Pekanbaru Fraksi Partai Keadilan Sejahtera (PKS) itu mengaku bahwa sebelumnya kepercayaan ia terhadap bahaya Covid-19 inipun sempat memudar.
"Saat awal pandemi corona ini memasuki Indonesia, khususnya Kota Pekanbaru, saya percaya bahwa virus ini sangat berbahaya. Namun setelah Pekanbaru selesai menjalankan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) dan mamasuki era New Normal, kepercayaan saya terhadap Covid-19 dan bahayanya itupun mulai luntur," ungkap Sabarudi.
Sampai - sampai pada saat berbicara dengan teman di kantor maupun tetangga di rumah, ia tidak pernah memakai masker. Dan dari sanalah penyebab ia bisa terpapar virus berbahaya tersebut.
"Jadi, sebelum saya dinyatakan positif Covid-19, saya itu sempat mengalami demam. Dan biasanya kalau lagi demam, paling lama itu saya hanya sekitar 3 - 4 hari saja, tetapi kali ini demamnya sampai 14 hari," jelasnya, Rabu (21/10/2020).
Sabarudi mengatakan bahwa ia dan istri masuk dalam kategori pasien Covid-19 yang memiliki gejala cukup parah.
Karena, selain demam, ia juga mengalami meriang, sakit kepala, tenggorokan sakit, dan seluruh badannyapun terasa ngilu.
Disamping itu, selama sebulan ia dan istri melakukan isolasi mandiri di kediamannya, ia dan istri hampir tidak pernah tidur karena menahan rasa sakit. Walaupun bisa tidur, takut sewaktu bangunnya sudah berada di alam lain (meninggal) saking takut dan tidak tau apa yang mau diperbuat.
"Makan gak kuat, kepala pusing. Intinya merasa khawatir dan tertekan, bahkan saya berpikiran bahwa umur saya dan istri sudah tidak lama. Seandainya saya dan istri mempunyai penyakit bawaan (penyerta) saya mungkin meninggal, karena rata - rata pasien Covid-19 yang meninggal itu memiliki penyakit penyerta," ujarnya.
Selain itu, anggota DPRD Kota Pekanbaru Fraksi Partai Keadilan Sejahtera (PKS) itu juga sempat menghubungi rekan - rekannya yang juga terkonfirmasi positif Covid-19. Saat itu rekan-rekannya tersebut juga menyampaikan hal yang sama, bahwa juga mengalami demam yang sangat lama.
Di sisi lain, dari musibah yang menimpanya itu, ia dan istri merasa lebih dekat dengan Sang Pencipta. Bahkan hampir di setiap harinya ia dan istri selalu mengangkat kedua tangannya untuk berdoa agar disembuhkan dari virus berbahaya tersebut
Dari situlah muncul kesabaran, semangat, motivasi untuk bisa sembuh, serta tidak putus asa atas musibah yang menimpa. Apapun yang terjadi diambil hikmahnya, kemudian jadikan hal tersebut sebagai pelajaran yang berharga.
"Ya kita ambil saja hikmahnya, anggap saja Tuhan lagi menguji (menegur) kita. Mungkin selama ini kita juga teledor dalam kehidupan sehari - hari," katanya tegas.
Walaupun masih khawatir, setelah begitu lama berjuang dalam isolasi mandiri, saat melihat hasil tes swab terakhir yang ia lakukan dengan istri menunjukkan hasil negatif Covid-19, Sabarudi mengaku tidak bisa menyembunyikan rasa senang dan kegembiraan tersebut dari wajahnya. Ditambah lagi dengan rasa bersalah ke istri karena telah menularkan virus tersebut ke dirinya.
"Tentunya saya dan istri senang sekali, bahkan sangat merasa lega karena dapat sembuh dari virus tersebut," tuturnya.
Maka dari itu, sebagai orang yang pernah terpapar Covid-19, ia turut mengimbau agar seluruh masyarakat Riau dapat benar-benar menjalankan protokol kesehatan dengan baik dan jangan pernah anggap remeh corona. Ini semua untuk dapat menghindarkan diri sendiri, keluarga maupun orang lain dari bahaya virus tersebut.
"Karena di situasi seperti sekarang, malaksanakan protokol kesehatan ini adalah harga mati, dan tidak bisa tawar menawar. Selain itu, ini bertujuan agar rantai penyebaran covid-19 di Riau, khususnya Pekanbaru dapat diputuskan," ajaknya tegas.
Dan untuk pasien yang masuk kategori Orang Tanpa Gejala (OTG), diharapkan untuk benar-benar dapat disiplin dalam menjalankan isolasi mandiri.
"OTG ini memang harus disiplin, dan jangan sampai kita menularkan virus yang berbahaya ini ke orang lain, cohtohnya saja saya. Karena kalau sampai menularkan ke orang lain, ini zolim namanya," pungkasnya.