BAGANSIAPIAPI - Infrastruktur di Kepenghuluan Pasir Limau Kapas, Kecamatan Pasir Limau Kapas (Palika), Kabupaten Rokan Hilir (Rohil) sangat memprihatinkan. Pemkab Rohil dalam hal ini berjanji akan memberikan perhatian khusus pada Palika dalam pembangunan Insfrastruktur.
Pantauan wartawan Senin (7/11), insfastruktur jalan yang jelek, tidak adanya jaringan listrik, sekolah yang tidak layak, penghidupan masyarakat yang memprihatinkan, menjadi pemandangan yang kurang sedap ketika berkunjung ke Kepenghuluan Pasir Limau Kapas.
Kondisi tersebut juga disaksikan langsung Bupati Suyatno, dan dia berjanji akan memperhatikan kepenghuluan itu. “Juga kita melihat tadi, kondisi infrastruktur parah sekali yah, saya sudah koordinasi dengan Bappeda, itu supaya diprogramkan untuk 2016,” janji Suyatno.
Namun untuk infrastruktur jalan, Suyatno mengatakan, sepanjang dana pemeliharaan masih ada, akan dicross check terlebih dahulu dengan Dinas Bina Marga dan Pengairan, akan diupayakan untuk kearah sana.
Disamping itu, Pemkab Rohil janji Suyatno akan memperhatikan SMA yang masih menumpang, dan akan diprogramkan tahun 2016, dia berkomitmen, sarana pendidikan tidak bisa dibiarkan seperti itu.
Dalam pada itu, kehidupan masyarakat nelayan disana juga sangat memprihatinkan, dari hasil bincang-bincang riauterkinicom dengan beberapa nelayan, mereka sangat membutuhkan beras. “Kalau lauk, atau udang, kami tidak ada masalah, yang sangat kami butuhkan adalah beras,” ujar beberapa warga.
Saat ini, upaya mereka untuk mendapatkan beras dengan menjual hasil tangkapan dengan cara sederhana, udang hasil tangkapan dibungkus ½ kg, dijual kerumah-rumah masyarakat di Palika sendiri dengan harga Rp11 ribu.
Dari hasil penjualan itu, dikeluarkan biaya minyak, makan dan rokoh selama melaut, lalu dibagi dengan pemilik kapal, serta nelayan lainnya. “Paling-paling satu orang bisa dapat Rp30 ribu,” kata warga lain.
Beberapa nelayan mengaku, jika hasil tangkapan agak banyak, ikan atau udang yang didapat, dijual ke Panipahan. “Paling banyak 40 kg, dan dijual ke Panipahan Rp20 ribu sekilo, dan nanti dibagi hasilnya, setelah dikeluarkan biaya operasional,” kata salah seorang nelayan yang berhasil dikunjungi ditengah laut.(adv/hms/ar)