Nasional

Di Sumatera, Sudah 26 Juta Orang Jadi Korban Asap

Jakarta-Sebanyak 26 juta orang di Sumatera dan Kalimantan terpapar asap. Kepala Pusat Data Informasi dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Sutopo Purwo Nugroho menyampaikan, ribuan orang pun terancam terserang infeksi saluran napas atas (ISPA). "Sebanyak 25,6 juta orang terpapar asap. Tiga juta warga Kalimantan dan sisanya di Sumatera," ungkapnya. di Jakarta, Jumat (4/9/2015). 
 
Data tersebut didukung dengan jumlah penderita ISPA di Riau. Menurut Sekretaris Jenderal Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Untung Suseno, telah terjadi 12.633 kasus ISPA yang dilaporkan sejak 2 September 2015. Dia juga mengabarkan, kondisi Index Standar Pencemaran udara (ISPU) sudah di atas 200 Psi, yang menandakan sangat tidak sehat. "Kita terus koordinasi dengan BNPB terkait hal ini," kata dia. 
 
Menyikapi kondisi ini, kata dia, pihak pemda telah membagikan sejumlah masker pada warga. selain itu, pihaknya akan segera membangun posko sesuai instruksi Presiden Joko Widodo (Jokowi) dalam rapat terbatas kemarin siang. "Untuk sementara, kami anjurkan masyarakat jangan keluar rumah kecuali dalam kondisi mendesak," tuturnya. 
 
Kepala Balitbangkes Kemenkes Prof. Tjandra Yoga Aditama mengungkap beberapa gangguan ynag timbul bila terlalu banyak terpapar asap. Pertama, dampak langsung berupa iritasi. Asap hasil kebakaran hutan yang mengandung partikulat debu yang sangat kecil akan ikut masuk ke dalam selaput lendir di hidung, mulut dan tenggorokan. Akibatnya, timbul gejala alergi, peradangan serta infeksi. 
 
Kabut asap juga dapat memperburuk asma dan penyakit paru kronis lain, seperti bronkitis kronik, penyakit paru obstruktif kronik (PPOK) dan lainnya. Sebab, asap yang terhirup akan masuk ke dalam paru. Kemampuan kerja paru menjadi berkurang dan menyebabkan orang mudah lelah dan mengalami kesulitan bernapas. 
 
"Kemampuan paru dan saluran pernapasan mengatasi infeksi berkurang. ISPA jadi lebih mudah terjadi," papar dokter ahli paru itu. sementara itu, imbuh dia, polutan yang jatuh ke permukaan bumi juga mungkin dapat menjadi sumber polutan di sarana air bersih dan makanan yang tidak terlindungi. Kalau kemudian air dan makanan terkontaminasi itu dikonsumsi masyarakat, maka bukan tidak mungkin terjadi gangguan saluran cerna dan penyakit lainnya.(rep05)