Terkadang dalam pergaulan, walaupun sudah bertahun-tahun bergaul, tetap saja ada “senggolan-senggolan” atau “gesekan-gesekan” yang kalau tidak dikelola dengan baik, hanya akan menambah permusuhan, bukan kawan, apa lagi menjadi sahabat kental, jauh! Dalam kehidupan sehari-hari , sering kali kita menemui orang-orang dengan berbagai sifat dan wataknya yang berbeda-beda satu sama lain. Dengan mengerti dan mempelajari sesama manusia, kita akan dapat mudah bergaul dengan mereka, karena akan menghadapi mereka dengan cara dan sikap yang berbeda, disesuaikan dengan watak dan sifat masing-masing.
Bagaimanapun dalam pergaulan akan selalu saja ada perbedaan, nah untuk menuju kebersamaan dan terjadinya persahabatan yang erat satu sama lain, maka tulisan ini di buat, bukan perbedaannya yang kita tonjolkan, tapi persamaannya, titik temunya. Karena bila perbedaan yang ditonjolkan hanya akan menambah permusuhan, bukan pertemanan atau persahabatan yang terjadi, apa lagi kalau yang dmunculkan keegoisan masing-masing individu dan merasa paling benar sendirian, ini tanda-tanda permusuhan diam-diam dan biasanya akan menyebar fitnah ke mana-mana.
Semoga dengan mengetahui penggolongan manusia ini, kita akan semakin arif dalam bergaul dengan sesama dimanapun kita berada. Penggolongan jenis manusia ini berdasarkan pendapat pribadi dan observasi biasa, bukan dengan penelitian yang serius, hanya berdasarkan pengamatan ketika bergaul dengan orang-orang disekelingi dalam hidup sehari-hari. Semoga bermanfaat dan berkenan.
Pertama adalah manusia bijak, yang tahu bahwa diri tahu, dengan pengetahuan yang dimilikinya dia berbagi dengan sesamanya, dengan ikhlas tanpa mengharap apapun dari orang yang diberi ilmu olehnya, niatnya hanya karena Allah. Manusia jenis ini tak segan-segan untuk berbagi dengan sesama, walaupun hanya satu ayat yang dia sampaikan. Orientasi manusia bijak adalah akherat dengan tidak melupakan dunia.
Manusia jenis ini tahu betul bahwa pengetahuan yang dimilikinya hanyalah titipan Allah, amanah Allah yang harus disampaikan kepada umatNya. Manusia jenis ini paling takut menyembunyikan kebenaran yang dia ketahui, apalagi bila sumbernya dari al Qur’an dan Hadist. Manusia jenis pertama adalah teladan utama, menjadi prototype ideal, karena hampir semua jenis pengetahuan di kuasainya, mulai ilmu alam, ilmu sosial dan humaniora , baginya ilmu adalah segalanya, tak ada hari tanpa pengetahuan, tak ada hari tanpa membaca, tiada hari yang terlewat untuk menambah ilmu, apa saja dipelajari dan dia kuasai, manusia jenis ini serba bisa dalam berbagai pekerjaan, karena banyaknya pengetahuan yang dia miliki.
Kedua adalah manusia pembelajar, yang tahu bahwa dirinya tidak tahu, dengan mengetahui bahwa dirinya tak tahu, manusia jenis ini mau belajar untuk mengejar ketidaktahuan yang diketahui, manusia jenis ini selalu mau belajar pada siapapun dan belajar pada apapun. Manusia jenis ini maunya belajar, belajar dan belajar atau belajar sepanjang hidup. Manusia pembelajar ini terus menerus terdorong untuk belajar, karena dia merasa betul bahwa banyak sekali yang dia tidak ketahui.
Ketiga adalah manusia sombong, yang sok tahu padahal dirinya tak tahu. Manusia jenis ini sering kali memotong pembicaraan orang lain di saat bicara atau diskusi, manusia jenis ingin menunjukkan bahwa dirinya serba tahu, padahal tidak tahu. Maka seringkali ketika memotong pembicaraan orang lain dan ternyata salah. Dan ketika salah, tidak merasa dirinya salah dan tidak mau minta maaf atas kesalahannya. Manusia jenis ini seringkali merendahkan orang lain, karena dia menganggap dirinya serba tahu. Manusia yang menyebalkan ini, seringkali “merusak’ suatu acara, karena kesombongannya itu.
Keempat adalah manusia lemah, manusia jenis ini tidak tahu bahwa dirinya tidak tahu, manusia lemah ini perlu dibangkitkan motivasinya untuk mencari ilmu yang tidak diketahuinya, manusia jenis ini seringkali pasif, karena dia tidak tahu apa yang mestinya dia ketahui. Kalau dalam pekerjaan, manusia jenis ini harus selalu disuruh atau diperintah, karena dia tak tahu apa yang mesti dia kerjakan, padahal itu pekerjaannya. Manusia jenis ini perlu dikasihani, bukan dimarahi,
Kelima adalah manusia tak punya semangat, manusia jenis ini tidak tahu bahwa dirinya tidak tahu dan tidak mau tahu atas ketidaktahuannya, manusia jenis ini lebih parah jadi jenis yang ke lima, manusia jenis ini boleh disebut “masa bodoh ” atas segala jenis pengetahuan, untuk membangkitkan semangatnya harus ekstra keras… karena manusia jenis ini tidak punya motivasi intern, apapun yang dikatakan orang, dia cuekin. Nasehat orang, dianggap angin lalu. Menghadapi manusia jenis ini perlu kesabaran luar biasa, bila dikeraskan, patah, didiamkan bengkok !
Keenam adalah manusia yang tertipu, manusia jenis ini tahu bahwa dirinya tahu dan merasa cukup atas pengetahuan yang dia tahu, manusia jenis merasa sudah cukup dan dia berhenti menambah pengetahuan, seakan semua pengetahuan sudah dimilikinya. Manusia yang tertipu ini merasa ilmunya sudah cukup, tak perlu belajar lagi, tak perlu membaca lagi, tak perlu menambah pengetahuan lagi, padahal masih punya waktu untuk belajar, masih sehat, masih punya dana untuk membeli buku dan sebagainya. Manusia jenis ini perlu diingatkan bahwa “di atas langit, ada langit yang lain ” bahwa sepintar apapun seorang manusia, ada manusia lain yang lebih pintar, jadi jangan merasa pintar sendiri !
Ketujuh adalah manusia merugi, manusia jenis ini kebanyakan tidak tahunya, bahkan dirinya sendiripun tak diketahuinya, dia tak mengenali dirinya sendiri, dari mana asalnya, mau kemana hidupnya, untuk apa dia hidup, kemana tujuan hidupnya, semua itu tak diketahuinya. Bagi manusia jenis ini, hidup dan mati sama aja, tak merubah apapun baginya. Manusia yang merugi orientasinya hanya dunia, tak ada kata akherat baginya, yang dikejar hanya kesenangan duniawi semata. Manusia jenis ini seperti memandang fatamorga, disangka air, ternyata panas yang membara ! Manusia jenis ini perlu diberikan bimbingan dan petunjuk, agar selamat hidupnya.
Pertanyaan sekarang, dimana posisi kita ? Mari kita mohon taufik dan hidayahNya, semoga kita selalu berusaha untuk bisa menjadi manusia yang bijak sekecil apapun jenisnya , insya Allah kita termasuk jenis manusia yang dapat bermanfaat bagi manusia lainnya, itulah sebaik-baik manusia menurut Rosulullah. Karena manusia yang terbaik menurut Rasulullah bukan yang banyak harta bendanya, pangkat dan jabatannya, tapi bergunakah dia pada sesamanya, adakah konstribusinya dalam kehidupan ini, walau hanya dengan sepotong ayat, sebait kalimat, atau sejumput nasehat.(rep03)