Jakarta - Jenazah 'anak ajaib' yang menguasai 14 bahasa asing, Gayatri Wailisa hingga saat ini masih berada di RS Abdi Waluyo, Menteng, Jakarta. Keluarga Gayatri dari Ambon sudah datang untuk membawa pulang jenazah Gayatri.
"Keluarga sudah diberi tahu dan sekarang sudah di Jakarta," kata Panglima Kodam V/Brawijaya Mayor Jenderal Eko Wiratmoko saat dikonfirmasi, Jumat (24/10/2014) dinihari, seperti yang dikutip dari Detik.com.
Jenazah Gayatri akan diterbangkan ke Ambon pagi ini. Sesampainya di Ambon, jenazah akan langsung dikebumikan.
"Surat-surat sedang diurus, nanti langsung diterbangkan ke Ambon untuk dikebumikan," jelas Eko.
Mayjend Eko Wiryatmoko merupakan mantan Panglima Kodam XVI/Pattimura. Mayjend Eko adalah orang yang pertama kali menemukan bakat luar biasa Gayatri. Eko pun sangat dekat dengan Gayatri.
Gayatri meninggal tadi sore setelah mengalami pendarahan di otaknya. Menurut diagnosa dokter, pembuluh darah yang berada di kepala gadis belia itu pecah. Padahal, sebelumnya Gayatri tidak pernah mengeluh sakit.
Gadis yang baru lulus SMA itu sebenarnya tengah berada di Jakarta untuk mengurus proses kelanjutan studinya. Gayatri ingin melanjutkan studi dengan mengambil jurusan Hubungan Internasional untuk mengejar cita-citanya yang ingin menjadi seorang diplomat.
Karena cita-citanya yang ingin menjadi seorang diplomat itulah Gayatri berusaha keras untuk menguasai berbagai bahasa asing meski hidup dalam keterbatasan ekonomi. Gayatri dijuluki anak ajaib karena dalam usia yang sangat belia, dia sudah menguasai 14 bahasa asing. Saat berusia 16 tahun dan duduk di kelas 2 SMA, Gayatri telah menguasai berbagai macam bahasa, antara lain bahasa Inggris, Italia, Spanyol, Belanda, Mandarin, Arab, Jerman, Perancis, Korea, Jepang, dan India, Rusia dan bahasa Tagalog. Gayatri memang diketahui memiliki kemampuan menakjubkan di bidang linguistik.
Karena kemampuan yang menakjubkan itu, Gayatri didapuk menjadi duta Kodam XVI/Pattimura. Gayatri juga pernah menjadi Duta ASEAN untuk Indonesia di bidang anak mewakili Indonesia. Gadis yang belajar berbagai macam bahasa hanya dengan menonton film dan mendengarkan lagu asing itu terpilih mewakili Indonesia ke tingkat Asean dan mengikuti pertemuan anak di Thailand dalam Convention on the Right of the Child (CRC) atau Konvensi Hak-Hak Anak tingkat ASEAN. (rep01)