Jakarta - Ketua Umum Partai Persatuan Pembangunan Suryadharma Ali mengaku kecewa karena merasa ditelikung oleh kadernya di DPR. Kekecewaan itu, menurut dia, disebabkan oleh perubahan sikap partai Ka'bah menjelang pengajuan paket pimpinan Majelis Permusyawaratan Rakyat.
"Kekecewaan jelas ada dalam diri saya karena ada lobi politik yang tak saya ketahui menjelang pengajuan paket pimpinan MPR," kata Suryadharma di Jakarta, Ahad, 12 Oktober 2014.
Pekan lalu, Selasa, 6 Oktober 2014, koalisi Joko Widodo mengajukan paket pimpinan dalam Sidang Paripurna MPR. Formasi pimpinan ialah Ketua MPR diisi anggota DPD Oesman Sapta Odang.
Adapun Wakil Ketua MPR diisi Achmad Basarah dari Fraksi PDI Perjuangan, Imam Nachrawi dari Fraksi Partai Kebangkitan Bangsa, Patrice Rio Capella dari Fraksi NasDem, dan Hasrul Azwar dari Fraksi PPP.
Paket itu akhirnya kalah dari paket pimpinan yang diajukan koalisi Prabowo Subianto yang mengajukan Zulkifli Hasan dari Fraksi Partai Amanat Nasional sebagai Ketua MPR. Suryadharma lantas mengurai kronologis lobi yang terjadi pekan lalu.
Mulanya, koalisi Prabowo merasa ragu dengan situasi PPP yang mengalami dualisme kepemimpinan. Kondisi ini bisa membuat fraksi partai Ka'bah di DPR maupun MPR didiskualifikasi.
"Jika PPP dianulir di DPR atau MPR, maka Koalisi Merah Putih dalam bahaya karena tinggal menyisakan empat partai," ujar Suryadharma. Akhirnya, satu kursi lowong diberikan pada Partai Demokrat.
Lantas, ada rapat pimpinan partai anggota koalisi Prabowo di rumah Ketua Umum Partai Golkar Aburizal Bakrie. Dalam pertemuan itu, Suryadharma mengatakan pada forum rapat bahwa PPP sudah solid sehingga ia meminta hak kursi Wakil Ketua MPR dikembalikan pada mereka. Permintaan itu dikabulkan.
Saat hendak mengabarkan PPP sudah mendapat paket pimpinan MPR di Koalisi Prabowo kepada Hazrul Azwar, Ketua Fraksi PPP, menurut Suryadharma, justru Hazrul mengatakan hal sebaliknya. Hazrul mengabarkan bahwa ia sudah menjalin kesepakatan dengan koalisi Jokowi.
Proses lobi kader PPP di parlemen, kata dia, tidak diketahuinya. "Saya kecewa dan melihat perpindahan PPP ke Koalisi Indonesia Hebat merupakan reaksi emosional sesaat," kata dia. (rep01/tco)