Nasional

Menpora Masih Ngotot Pindahkan ISG dari Riau


Jakarta-Walau beberapa pihak ISG tetap di Riau, namun Roy Suryo masih ngotot berupaya memindahkannya ke Jakarta. "Kami ingin menyelamatkan bangsa ini. Kami tidak ingin permasalahan yang ada terus bertambah dengan memaksakan diri di Riau," kata Roy Suryo di sela peresmian Gedung Olahraga (GOR) Universitas Sebelas Maret (USM) Semarang, Jawa Tengah, Rabu (15/5).

Menurut dia, permasalahan di Riau bukan hanya masalah teknis pelaksanaan saja, melainkan masalah nonteknis, terutama terkait status tersangka yang disandang Gubernur Rusli Zainal selaku penanggung jawab ISG.

Gubernur Riau, kata dia, ditetapkan menjadi tersangka oleh KPK, terkait dengan pembangunan Stadion Utama Riau yang rencananya digunakan untuk pembukaan dan penutupan ISG yang sesuai jadwal awal 6-17 Juni nanti yang akhirnya diundur akhir September.

"Gubernurkan tersangkut masalah stadion. Apa kita harus memaksakan tetap menggunakan stadion bermasalah? Jelas akan muncul masalah baru meski sudah ada kesepakatan dengan kontraktor untuk memimjam stadion," ucap Roy Suryo dengan tegas.

Terkait dengan pernyataan Menkokesra Agung Laksono yang telah bertemu dengan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan meminta pelaksanaan ISG tetap di Riau, Menpora mengaku tidak mempermasalahkan.

Pria yang juga ahli telematika itu menegaskan, persetujuan dari Presiden yang dimaksud adalah pelaksanaan ISG bisa saja tetap dilakukan di Riau, hanya saja terdapat satu kata kunci yaitu setelah ada gubernur baru.  "Pilkadanya saja bulan September," kata pria lulusan Fisipol UGM itu.

Tak hanya itu, sehari setelah pulang dari Pekanbaru bersama Menkokesra, Roy menggelar jumpa pers di kantor Kemenpora, Jakarta, Selasa (14/5) malam. Dia membeberkan hasil peninjauannya atas kesiapan Riau sebagai tuan rumah ISG.

Venues kolam renang di Rumbai Sport Center menjadi fokus Roy. Katanya, walau kolam itu dibenahi namun masih belum memenuhi standar. "Perubahan yang mereka lakukan tidak semestinya, malah seperti kolam ikan. Kami menginstruksikan untuk memperdalam kolam, mereka malah meninggikannya sekitar dua bata," lanjut Roy.

Dikhawatirkan dengan situasi seperti ini, para atlet yang bertarung akan mengalami gangguan teknis. "Dari pengurangan tinggi kolam saja, tentu arah gelombang air akan berbeda, dan saat atlet memulai jump ke kolam, tentu tekanannya juga akan berbeda," jelas pria kelahiran Yogyakarta ini. (rep02)