Hukum

Tangisan Jero Wacik & Permintaan Pijit

JAKARTA - Jero Wacik tak kuasa menahan tangis saat berpisah dengan para stafnya. Jero dan staf telah bekerja sama selama enam tahun. Sesekali dia menyeka air mata yang terurai di pipi, saat memberikan pidato terakhirnya.  
Situasi itu merupakan rekaman saat Jero meninggalkan Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata (Kemenbudpar) pada 19 Oktober 2011.
 
Sekadar kilas balik perjalanan Jero sebagai anggota Kabinet Indonesia Bersatu, kala itu dia menjabat sebagai Menbudpar. Namun, saat reshufle terbatas, dia ditugaskan oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono untuk menjadi Kementerian ESDM, menggantikan Darwin Z Saleh. 
 
Selama berpidato serah terima jabatan dengan Mari Elka Pangestu di salah satu ruangan Gedung Sapta Pesona, tangis Jero Wacik pun pecah. Mari Elka saat itu menjabat sebagai Menteri Perdagangan yang kemudian ditugaskan SBY untuk menggantikan posisi Jero sebagai Menbudpar (yang kemudian berganti nama menjadi Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif).
 
Kesedihan Jero kian tidak terbendung, hingga dia sempat menghentikan sejenak pidatonya dan menangis tersedu-sedu. "Saya minta maaf sering marahi para staf dan juga para staf yang sering saya repotkan. Saat jadwal acara malam sering saya minta pijitin badan saya yang lelah, karena jadwal padat," ujarnya tiga tahun silam.
 
Kini pria yang juga menjabat sebagai Sekretaris Majelis Tinggi Partai Demokrat harus menjalani hari-hari panjangnya sebagai pesakitan KPK. Lembaga antirasuah itu resmi menetapkan Jero sebagai tersangka dalam kasus dugaan korupsi di lembaga yang dipimpinnya. Jero diduga telah menyalahgunakan kewenangan sebagai menteri ESDM dengan melakukan pemerasan. (rep01/ozc)