Riau Raya

Kisah Sumur Ajaib Menjadi Catatan Sejarah Mesjid Raya Pekanbaru

PEKANBARU - Masjid Raya Pekanbaru menjadi kebanggaan daerah dan masyarakat tempatan. Di kompleks masjid bersejarah ini, banyak terdapat kisah-kisah religis dan tak logis dalam akal sehat, salah satunya adalah sumur tua yang terletak tidak jauh dari bangunan utama.
 
Sumur itu tampak begitu tua karena berlumur lumut di setiap rongga dalam ruang lingkaran yang terjulur ke dasar bumi. Bentuknya berbeda dari sumur cincin biasanya. Dengan diameter sekitar dua meter, kedalamannya tidak lebih dari delapan meter.
 
Sekilas, sumur tersebut hampir berfungsi sama dengan sumur-sumur lainnya milik warga sekitar. Mulai untuk keperluan mandi, mencuci, bahkan untuk konsumsi sehari-hari.
 
Namun, sumur yang berlokasi di kompleks Masjid Raya Pekanbaru, Riau ini konon memiliki kelebihan dengan ragam keajaiban. Bukan sirik, melainkan ada sepenggal keajaiban, menurut warga jemaah rumah ibadah itu.
 
"Sumur ini telah menemukan ragam sejarah dan keajaiban tersendiri. Entah karena umurnya yang cukup tua atau lebih dari 80 tahun. Saya tidak begitu mengertinya," kata Yusrizal, seorang warga sekitar, jemaah Masjid Raya Pekanbaru.
 
Sejak berpuluh tahun silam, dia mengakui sumur yang terkurung dalam satu ruangan berukuran 4x5 meter itu, selalu saja mendatangkan ragam cerita keajaiban.
 
Bukan cerita bohong, ia mengakuinya sebagai faktualisasi drama yang harus dikemas dan disimpan untuk kemudian menjadi bahan cerita bagi setiap pengunjung Masjid Raya yang berumur lebih seratus tahun itu. Seperti halnya cerita tentang seorang wanita renta asal Palembang, Sumatra Swlatan.
 
Kesembuhan Ajaib
 
Alkisah, di beberapa puluh tahun silam, tidak persis tanggalnya, namun ketika masjid ini masih dalam desain awalnya, seorang wanita cukup tua yang tengah sakit-sakitan mendatangi para jemaah rumah ibadah tertua itu. Wanita itu datang bersama beberapa anaknya yang sudah dewasa, katanya.
 
Anak-anak wanita yang mengaku telah ditinggalkan sang suami sekaligus ayah yang telah lebih dahulu menghadap Sang Khalik itu, mengakui sang bunda telah menderita sakit sejak lama, bahkan bertahun-tahun.
 
Anehnya, demikian kisahnya, anak-anak dari wanita itu tidak mengetahui penyakit yang tengah menggerayangi raga sang bunda.
 
"Lebih sepuluh tahun ibu terbaring di tempat tidur dan tidak berdaya. Semuanya dilakukan di pembaringannya," kata seorang anak wanita malang kepada Yusrizal yang bercerita tentang pengalaman itu.
 
Bahkan menurut keluarganya, kata dia, wanita asal Palembang itu juga telah berobat ke mana-mana, mulai dari dalam negeri, hingga sejumlah rumah sakit berkelas yang ada di negeri asing.
 
Namun sakitnya tak kunjung sembuh, dan wanita itu tetap saja terbelenggu dalam derita yang tak pasti sebab akibatnya.
 
Hingga akhirnya, dalam kondisi derita yang semakin parah, tiba-tiba muncul sesosok pria berjenggot yang menawarkan sebuah perjanjian gaib.
 
"Keluarganya mengakui ada seorang pria yang cukup tua dengan penampilan aneh dan wajah berjenggot yang mendatangi. Pria itu katanya tidak banyak bercerita, dan hanya berjanji memberikan kesembuhan baginya," kata Yusrizal.
 
Pria itu hanya sesaat, dan waktu itu hanya memanggil dan menyapa tidak begitu ramah. Sempat bersentuhan namun setelahnya datang sebuah kesembuhan berisyarat.
 
"Setelah disapa, wanita itu kemudian disentuh pundaknya oleh pria tua misterius itu. Wanita ini kemudian sembuh, namun harus ada syarat yang dipenuhi olehnya".
 
Setelah berpuluh tahun terkulai dalam pembaringan, wanita malang itu akhirnya bisa menggunakan raganya untuk berbagai aktivitas seperti biasanya, layaknya manusia normal.
 
Dalam ceritanya, kesembuhan itu berisyaratkan perjanjian. Yakni berupa kunjungan ke dua masjid tua yang berada di luar daerah itu.
 
"Tidak lain, dua masjid yang menjadi tujuan kunjungannya dalam perjanjian itu  yakni Masjid Raya Pekanbaru dan Masjid Penyengat di Tanjung Pinang, Kepulauan Riau," kata Yusrizal.
 
Sang pria misterius dalam ceritanya, memerintahkan wanita dengan kesembuhan nan ajaib itu untuk mandi di sumur yang ada di dua rumah ibadah itu, serta sholat dan berziarah ke makam kerajaan yang berada pada satu kompleks.
 
"Ini adalah cerita nyata dari pengalaman saya setelah lebih 40 tahun menjadi jemaah Masjid Raya ini," katanya. (rep05/grc)