Politik

Analogi Amien Rais Dinilai Picu Kekerasan Agama

Sleman - Efek analogi Perang Badar yang dilontarkan Amien Rais, Ketua Majelis Pertimbangan Partai Amanat Nasional, dituding sebagai salah satu pemicu maraknya tindak kekerasan berbau SARA yang terjadi di Daerah Istimewa Yogyakarta.
 
Menurut politikus Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan Daerah Istimewa Yogyakarta, Eko Suwanto, kekerasan berbau SARA itu merupakan efek analogi Perang Badar oleh Amien Rais dalam pemilihan presiden 2014. "Analogi Perang Badar dalam pemilihan presiden oleh Amien Rais sangat berbahaya," katanya, Senin, 2 Juni 2014.
 
Amien Rais, yang merupakan satu tokoh pendukung calon presiden Prabowo, dinilai salah dalam memberikan analogi persaingan yang terjadi pada pemilihan presiden kali ini. Sebab, pilpres merupakan momentum strategis bagi rakyat untuk menentukan pilihan secara damai, merdeka, dan konstitusional.
 
Sedangkan kata "perang", jika dimaknai secara harfiah, akan mengundang makna negatif dan memperbolehkan adanya kekerasan. Kata "perang", tutur Eko, bisa salah dimaknai dengan membunuh lawan. "Dalam pemilu, lawan politik merupakan saudara sebangsa dan setanah air yang harus saling menjaga, saling mencintai," ujarnya.
 
Tidak lama setelah Amien Rais melontarkan analogi tersebut, sejumlah tindak kekerasan yang berkedok agama terjadi. Pada Kamis pekan lalu, umat Katolik yang sedang berdoa rosario di Ngaglik, Sleman, diserang gerombolan orang berjubah. Tiga hari kemudian, sekelompok orang membubarkan ibadah dan merusak rumah yang difungsikan sebagai gereja pada Ahad, 1 Juni 2014.
 
Kecaman juga muncul dari Ketua Umum Partai Kebangkitan Bangsa Abdul Muhaimin Iskandar. Pria yang biasa dipanggil Cak Imin itu menyebut Amien Rais lebay. "Saya kira itu lebay, karena ini (pilpres) kompetisi yang sehat, kompetisi yang damai," kata Cak Imin.
 
Dalam pilpres 2014, ia berharap masing-masing kelompok yang bersaing menonjolkan prestasi. "Tidak perlu membangun persepsi dengan kampanye negatif." (rep01/tpc)