Fokus Rohil

Atasi Krisis Pangan, BKP Rohil dan Lintas Sektoral Gelar Rakor

Kepala BKP Rohil, Drs H Surya Arfan M Si
BAGANSIAPIAPI - Badan Ketahanan Pangan (BKP) Kabupaten Rokan Hilir (Rohil) menggelar Rapat Koordinasi (Rakor) bersama lintas sektoral membahas krisis pangan yang dirasa terus mengancam. Tujuannya, bagaimana menyimpulkan suatu gagasan dari dewan ketahanan pangan agar kebutuhan pangan dapat dipenuhi berkesinambungan. 
 
Rakor ini dibuka Asisten II Setdakab Rohil, Hasrial di salah satu hotel di Bagansiapiapi, Senin (30/12) dan dihadiri lintas sektoral seperti, BKP Riau, Dinas Kehutanan, Dinas Pertanian dan Petrnakan, Dinas Perkebunan, Dinas Perikanan dan Kalautan, serta kelompok tani (Poktan) dan para Camat yang ada di Rohil.
 
"Melalui Rakor ini, kita harap dapat menyimpulkan dan menghasilkan suatu rekomendasi untuk diusulkan ke pengambilan kebijakan seperti pemeritah agar ke depannya masalah ketahanan pangan dapat diatasi melalui anggaran yang disiapkan," ujar Hasrial.
 
Untuk itu, Hasrial berharap krisis pangan yang terys mengancam dapat diatasi oleh BKP Rohil lewat dukungan lintas sektoral. "Mau tidak mau, krisis pangan yang terus mengamcam harus segera diatasi. Maka, lewat Rakor Dewan Ketahanan Pangan ini kita dapat mengambil keputusan menghadapi ancaman krisis pangan di Rohil," terangnya. 
 
Pasalnya, belakangan ini ketahanan pangan Rohil mengalami penurunan dari waktu ke waktu. "Ini karena banyaknya lahan petani yang dialihfungsikan  dari tanaman padi, cabe, dan sayur-mayur ke perkebunan kelapa sawit. Sehingga, ancaman krisis ketahanan pangan tak dapat terelakkan," tegas Asisten II Setdakab Rohil. 
 
Diakui Kepala BKP Rohil, Drs H Surya Arfan M Si, masalah krisis ketahanan pangan memang terus membuat pihaknya harus bekerja keras dalam mengatasi. Namun, upaya itu belumlah cukup tanpa dukungan dari lintas sektoral. "Di sinilah (Rakor) BKP membutuhkan masukkan dari lintas sektoral dan Poktan untuk mengatasi ancaman krisis pangan. Sebab, banyak petani mengalihfungsikan lahan tanaman pangannya ke perkebunan sulit diatasi karena iming-iming menjadi petani petani berdasi jika perkebunan kelapa sawit dan karet serta tanaman keras lainnya menghasilka," papar Surya Arfan.
 
Padahal, tegas Surya Arfan, menjadi petani sukses tak harus mengalihfungsikan lahan tanaman pangannya menjadi perkebunan. "Tidak selamanya hasil perkebunan kelapa sawit dan karet serta tanaman keras lainnya menghasilkan uang yang melimpah. Inilah yang harus kita berikan masukkan kepada petani," tegas Surya.
 
Rincinya, saat ini ketahanan pangan Rohil jauh menurun sejak tahun 2011, dimana produksi padi Rohil berada pada angka 77.000 ton per tahun dan terus menyusut hingga tahun 2013 menjadi 44.000 ton per tahun. "Ini diringi dengan menyusutnya jumlah lahan tanaman pangan akibat alihfungsi dari tanaman pangan ke perkebunan," pungkasnya. (rep1)