Biaya Pendidikan SMKN 2 Pekanbaru Mahal

Tak Punya Uang, Sony Terpaksa Berhenti Sekolah

SISWA SMKN 2 Pekanbaru, Sony Saputra terpaksa harus memupus harapannya untuk bisa melanjutkan duduk di bangku sekolah. Pasalnya, siswa kelas X jurusan Mesin Produksi ini harus menyerah dengan keadaan, karena tak memiliki biaya untuk membayar mahalnya biaya pendidikan di SMKN 2 Pekanbaru.        
 
Sony yang berupakan anak dari pasangan Jataruddin (60) dan Ratna Wilis (45) memang berasal dari keluarga miskin. Apalagi, saat ini sang ayah yang bekerja sebagai buruh bangunan sedang tak memiliki pekerjaan, akibat cuaca yang kurang bersahabat di musim hujan. Begitu juga dengan sang ibu, Ratna Wilis yang berprofesi pemulung, ia sudah dua minggu terakhir ini tak menjalani tugasnya mencari botol bekas, akibat kurang sehat.  
 
Saat wartawan bertemu dengan Sony dan keluarganya, di kediamannya Jalan   Sumber Sari Gang Arafah, Tanjung Rhu, Rabu (20/11/2013), Sony mengaku bahwa dirinya berhenti sekolah akibat tak bisa membayar biaya pendidikan, meliputi uang masuk dan uang SPP selama empat bulan.  "Untuk uang masuk, saya harus membayar sebesar Rp4.120.000. Sementara, SPP per bulan Rp350 ribu. Sementara ayah saya tak memiliki uang untuk membayarnya," keluh Sony.
 
Apalagi, terangnya, dirinya kerap ditanya guru tentang kapan ia dapat melunasinya. "Karena setiap Senin, saya selalu ditanya wali kelas kapan bisa melunasi uang tersebut, saya tak bisa menjawabnya karena memang ayah tak memiliki uang saat itu," sebutnya.
 
Memang pernah wali kelas, kata Sony, menyampaikan akan memberi bantuan. Hanya saja jumlahnya tidak memenuhi semua dana yang mesti dibayar. Karena terus ditagih, Sony akhirnya memilih berhenti. Memang, sebut Sony, pihak sekolah beberapa kali pernah menghubungi melalui ponsel. Namun, saat itu dirinya dengan terpaksa menjawab tidak lagi sekolah.
 
Sebenarnya, Sony mengakui, dirinya sangat ingin untuk bersekolah seperti teman-temannya. Bahkan, masuk SMKN 2 memang menjadi harapannya sejak dulu. Dengan kondisi ekonomi keluarganya yang tak mampu, Sony harus menyerah dengan keadaan. Untuk itu, ia sangat berharap bantuan dari pemerintah maupun pihak lain dirinya bisa kembali mengenyam pendidikan. 
 
"Saya sangat ingin bersekolah, buktinya saya masuk ke SMKN 2 ini melalui jalur reguler, itu tandanya saya mampu seperti kawan-kawan lain, namun karena biaya orangtua saya, harapan untuk bisa bersekolah harus saya pendam dalam-dalam," ujarnya.
 
Ditempat berbeda, Wakil Kepala Sekolah Bidang Kurikulum SMKN 2 Pekanbaru, Ronny Yusanti membenarkan bahwa Sony tidak pernah dikeluarkan. "Hanya saja yang bersangkutan tidak pernah datang lagi ke sekolah. Kami juga tidak tahu bahwa ketidakhadiran Sony itu disebabkan masalah ekonomi,” kata Ronny, Rabu (20/11/2013). 
 
Menyikapi hal ini, Kepala Dinas Pendidikan Kota Pekanbaru, Prof Dr Zulfadil SE MBA mengaku sudah mengingatkan tiap sekolah agar jangan sampai ada siswa berhenti karena masalah biaya. Sekolah didorong mencari solusi, bahkan kalau perlu menggratiskan semua biaya yang diperlukan.
 
Namun, untuk kasus Sony Saputra, Zulfadil mengaku akan meminta penjelasan dari kepala sekolah. Pihaknya takut ada masalah lain dibalik kejadian itu. "Kita kuatir ada masalah lain yang membuat dia berhenti. Tapi  yang diangkat jadi alasan justru ketiadaan biaya. Ini yang harus dicari tahu," tuturnya ketika dikonfirmasi, Rabu (20/11/2013).
 
Berdasarkan informasi yang diperoleh Kadisdik dari Kepala SMKN 2, Sony adalah siswa yang sering tidak masuk sekolah. Dia juga sering diingatkan oleh wali kelas tapi saat dihubungi, orangtuanya justru menyatakan anaknya berhenti. Padahal, kalau alasannya terkait biaya, siswa yang lain ternyata banyak belum bayar juga dan tetap bersekolah.
 
Karena itu, Zulfadil meminta orangtua siswa datang ke sekolah dan menemui kepala sekolah untuk membicarakan hal ini. Kalau pihak sekolah ternyata tidak melayani, Disdik akan memberi peringatan. Menurutnya, pemerintah sangat menyayangkan jika karena tidak mampu akhirnya siswa berhenti sekolah.
 
Pihak sekolah melalui wali kelas atau guru Bimbingan Konseling pun diminta meninjau langsung kondisi keluarga Sony. Kepala Bidang Pendidikan Menegah Disdik juga diinstruksikan untuk menyampaikan ke sekolah agar lebih proaktif. Karena Sony dapat dibantu lewat dana zakat guru, Bantuan Siswa Miskin dan upaya keringanan lain yang bisa diberikan sekolah. Kadisdik ini ingin Sony tetap bersekolah. (rep1)