Fokus Rohil

Produksi Merosot, Petani Karet Keluhkan Hujan

ilustrasi

UJUNG TANJUNG - Beberapa hari belakangan ini Kecamatan Tanah Putih diguyur hujan. Akibatnya, petani karet mulai mengeluhkannya karena hasil produksi sadapan getah mereka merosot hingga 25 persen dari hari biasa.

Seperti diungkapkan Jasman (39), warga Menggala, Kecamatan Tanah Putih, Kamis (26/9). Ia menuturkan, hujan membuat aktivitas menyadap karet sulit dilakukan. Bahkan, guyuran air hujan tanpa sengaja menggenangi wadah penampungan karet sadapan. "Air hujan masuk ke cawan (tempat menampung getah). Kalau sudah sepeti itu, kualitas getah menurun dan harganya bisa anjlok," sebutnya.

Menurut Jasman, petani setempat biasanya mampu menghasilkan getah 150-200 kilogram per hektar setiap bulannya pada musim normal. "Kalau sudah musim hujan seperti ini, paling hanya mampu mengumpulkan sekitar 85 kilogram per hektar. Bahkan, bisa jadi semua petani dipastikan tidak bisa beraktivitas karena hujan turun sepanjang hari," keluhnya.

Namun demikian, lanjut pria beranak dua ini, berkurangnya produksi karet tidak mempengaruhi harga jual di tingkat pengepul. "Saat ini harga satu kilogram-nya karet Rp11.000-Rp 12.000, sama seperti sebelumnya. Berapapun jumlah karetnya, tetap dibeli oleh pengepul. Soal harga memang mereka yang menentukan, petani tidak bisa berbuat banyak," terang Jasman.

Di tempat terpisah, Amriadi (31), warga Kelurahan Banjar XII, Kecamatan Tanah Putih menambahkan, selain masalah hujan, pohon karet menjadi sasaran jamur yang memetikan batang jika musim hujan tiba. "Jamu ini bersifat parasit dan membunuh batang kalau musim hujan sudah datang. Untuk mengatasi, memang belakangan bisa menggunakan pestisida. Tetapi kan memerlukan biaya tambahan sat produksi menurun seperti sekarang ini," sebutnya. (rep1)