Politik

Pidato di PBB, Presiden Iran Ingin Akur dengan AS

Presiden Hassan Rouhani menyatakan bahwa Iran ingin memperbaiki hubungan dengan Amerika Serikat. Rouhani meminta agar Presiden Barack Obama tidak lagi mendengarkan hasutan dari kelompok-kelompok pecinta perang.

Hal ini disampaikan Rouhani saat berpidato di Majelis Umum PBB, Selasa, 24 September 2013, seperti diberitakan Reuters. Di hadapan para kepala negara anggota PBB, Rouhani mengatakan bahwa Iran siap mencari solusi permasalahan nuklir dengan tenggat waktu dan berorientasi hasil.

Dia juga menegaskan tidak ingin meningkatkan ketegangan lagi dengan Amerika Serikat.

"Saya mendengarkan dengan seksama pernyataan oleh Presiden Obama hari ini di Majelis Umum. Didasari keinginan politik atas kepemimpinan di Amerika Serikat, sembari berharap mereka akan menahan diri dari kepentingan jangka pendek para kelompok pecinta perang, kita bisa membangun kerangka untuk mengatasi perbedaan ini," kata Rouhani.

"Mulai hari ini, berada di pijakan yang sama, saling menghargai dan mematuhi prinsip hukum internasional harus melandasi setiap interaksi. Tentu saja kami berharap adanya suara yang konsisten dari Washington," lanjutnya lagi.

Hubungan Iran dan AS memanas pada masa kepemimpinan Mahmoud Ahmadinejad, terkait program nuklir Iran yang dituduh untuk produksi senjata. Berbeda dengan Ahmadinejad, Rouhani yang lebih moderat berupaya memperbaiki hubungan dengan Barat.

Namun, sama seperti pendahulunya, Rouhani membantah tuduhan bahwa Iran membuat senjata nuklir.

"Senjata nuklir dan senjata pemusnah massal lainnya tidak punya tempat di doktrin keamanan dan pertahanan Iran, serta bertolak belakang dengan keyakinan dasar beragama dan etis kami," kata Rouhani yang baru menjabat Agustus lalu.

Akibat perseteruan ini, Barat digawangi oleh AS menjatuhkan sanksi ekonomi untuk Iran. Rouhani berharap AS bisa segera mencabut sanksi ekonomi yang membuat rakyat Iran menderita itu.

"Bukan negara dan elit politik yang jadi sasaran mereka, tapi masyarakat umum yang jadi korban sanksi ini. Jangan lupakan jutaan rakyat Irak, yang akibat sanksi internasional ini, menderita dan kehilangan nyawa mereka," tegasnya.(rep2)