Nasional

Kantor PLN Jadi Amukan Pelanggan

BINJAI - Pemadaman listrik yang terus berlanjut tak hanya terjadi Kota Pekanbaru, Riau. Di Kota Binjai, Sumatera Utara (Sumut), pemadaman bergilir membuat warga marah besar. Mereka merusak kantor PLN di daerah itu. Seperti dilansir detikcom, Kantor PLN Rayon Binjai Barat di Jalan Gatot Subroto, Binjai, dirusak sekitar pukul 01.00 WIB, Kamis (19/9/2013). Diperkirakan ada 300-an warga yang terlibat dalam perusakan ini.

Pemicu karena lagi-lagi terjadi pemadaman. Marah dengan situasi itu, massa tiba-tiba datang melempari kantor. Akibatnya kaca-kaca kantor berpecahan. "Masalah ini sudah dilaporkan ke polisi," kata Tarimson Simamora, Manager PLN Binjai Barat kepada wartawan, Kamis siang. Petugas Kepolisian Resort Kota Binjai masih menyelidiki kasus ini. Sejumlah saksi sudah dimintai keterangan.

Sementara itu, pemadaman listrik bergilir berdurasi dua-empat jam setiap hari yang dilakukan PT PLN di Riau, menurut Direktur Eksekutif Kadin Riau, Muhammad Herwan, memberikan dampak negatif pada perekonomian rakyat khususnya pelaku Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM). Pelaku UMKM, katanya, tidak hanya terhenti aktivitas produksinya tetapi juga menderita kerugian.

"Kondisi kelistrikan di Riau saat ini sangat memprihatinkan. Pemadaman yang tak kenal waktu sudah meresahkan dan sangat keterlaluan. Aktivitas masyarakat dan dunia usaha menjadi terganggu," ujar Herwan.

Herwan menilai penderitaan yang ditanggung rakyat sebagai akibat pemadaman listrik ini, sepertinya tidak dipedulikan oleh manajemen PLN Riau dan Kepulauan Riau. Menurutnya, tidak terlihat sedikit pun upaya yang dilakukan PLN untuk mengatasi masalah listrik di Riau. Padahal Meneg BUMN telah menginstruksikan untuk segera mengatasi kondisi listrik tersebut.

Manajemen PLN, kata Herwan, sepertinya hanya pasrah dengan keadaan yang ada. "Bisanya berkilah hal ini karena kondisi alam, pembangkit yang rusak, serta alasan-alasan klasik yang setiap tahun selalu berulang. Tidak ada sedikitpun rasa tanggung jawab, dengan suatu upaya yang serius dan konkrit. Sepertinya rakyat tidak ada di mata manajemen PLN Riau," ketusnya.

Direktur Masyarakat Kelistrikan Indonesia (MKI) Riau, Marbaga Tampubolon menyebutkan pemadaman listrik tiga kali sehari seperti minum obat menunjukkan bahwa saat ini Riau sudah kategori darurat listrik. Sama seperti penilaian masyarakat, Marbaga juga menilai alasan yang disampaikan PLN atas pemadaman itu adalah alasan klise. "Turbin rusak, debit air kurang, debit air berlebih alasan yang membuat pemadaman yang disampaikan PLN adalah alasan klise," ujar Marbaga.

Dikatakan Marbaga, PLN dalam hal ini harus mengatakan yang sejujurnya apa sesungguhnya penyebab pemadaman. "Buka tabir yang sebenarnya. Supaya stakeholder mengerti," tegas Marbaga.

Kondisi ini, menurut Marbaga, harus direspon oleh DPRD Riau. Dewan, katanya, harus membuat resume ke Meneg BUMN untuk segera mengatasi masalah listrik di Riau, karena menteri menunggu 'bola' dari daerah.

Selain itu, Pemkab/Pemko bersama DPRD-nya masing-masing juga diminta segera membuat Perda ketatalistrikan. Perusahaan-perusahaan, bisnis, industri, perhotelan dan mall harus punya genset sendiri yang dioperasikan minimal 12 jam saat jam-jam puncak dalam kondisi darurat kelistrikan. "Bagaimana teknisnya, MKI Riau siap bila dilibatkan," tutur Marbaga.

General Manajer PT PLN Riau-Kepulauan Riau Doddy Pangaribuan mengaku musim kemarau yang melanda Riau tiga bulan terakhir menyebabkan debit air di waduk Koto Panjang Kampar berkurang. Akibatnya pasokan listrik di wilayah Riau terganggu, sehingga terjadinya pemadaman listrik bergilir dalam satu hari di wilayah Riau dan Kepulauan Riau.

Kata Doddy, PLN Riau-Kepri membagi aliran listrik di Sumatera Bagian Tengah, yang meliputi Sumatera Barat, Riau, Jambi dan Bengkulu. Ada tiga Pembangkit Listrik Tenaga Air yang memasok listrik yakni PLTA Singkarak, PLTA Maninjau dan PLTA Koto Panjang yang mampu memasok listrik 350 MW.

"Namun karena tiga bulan terakhir dilanda musim kemarau, ketiga PLTA tersebut hanya bisa memasok 100 sampai 150 MW memasok listrik," katanya seperti dilansir tempo.co.

Saat ini, kata Doddy, elevasi air waduk Koto Panjang hanya 76 centimeter, sedangkan batas rawan untuk pembangkit listrik minimal 74 centimeter. "Jadi air yang ada harus dihemat," ujarnya. Doddy memprediksi pemadaman bergilir di Riau akibat kekurangan energi listrik ini bakal berlangsung hingga bulan Oktober. (rep1)