Festival Pertengahan Musim Gugur

Suguhan Kue Bulan yang Bernilai Budaya

PEKANBARU - Meski di Indonesia tidak terdapat musim gugur, bukan berarti perayaan yang berkenaan dengan musim ini tidak bisa dirayakan di Riau. Setiap tahun tetap digelar festival pertengahan musim gugur (Mid-autumn Festival atau Zhongqiu Jie) yang identik dengan kue bulan sebagai hidangan yang melambangkan rasa syukur.

Festival dirayakan setiap tanggal 15 bulan ke-8 Imlek yang tahun ini jatuh pada Kamis (19/9/2013). Meski festival hanya dirayakan masyarakat Tionghoa, namun sudah menjadi bagian dari budaya negeri ini. Warga Tionghoa merupakan salah satu bagian dari Indonesia.

Tak heran, sejak beberapa waktu lalu kue bulan berlimpah ruah di berbagai pusat perbelanjaan, termasuk di Riau. Ada juga yang membuat kue bulan dengan ukuran yang sangat besar.

Perayaan ini sangat terasa meriah di Kota Selatpanjang, Kabupaten Kepulauan Meranti. Tidak kurang 3.000 peserta ikut ambil bagian dalam pawai lampion yang digelar Paguyuban Sosial Marga Tionghoa Indonesia (PSMTI) Kepulauan Meranti, Rabu (18/9/2013) malam.

Sekretaris Dinas Pariwisata, Pemuda dan Olahraga Kepulauan Meranti, Ismail Arsyad mengatakan, kegiatan budaya masyarakat Tionghoa itu perlu diangkat sebagai potensi wisata daerah. "Kita sangat mendukung kegiatan budaya seperti ini yang memiliki daya tarik wisata. Ini perlu diangkat dan dikemas menjadi salah satu even pariwisata," ucapnya.

Ketua PSMTI Kepulauan Meranti, Grace didampingi Ketua Panitia, Asman dan Sekretaris, Riswanto menyebutkan, kegiatan pawai lampion ini merupakan agenda tahunan PSMTI. "Ini merupakan tahun ketiga kita melakukan kegiatan yang sama. Dalam acara ini, tak hanya sekedar pawai, kita juga mengadakan lomba kereta hias. Sambutan dari peserta pawai sangat antusias sekali, kita menargetkan satu sekolah akan menyertakan 200 peserta, namun luar biasa, saat ini jumlah dari anak-anak sekolah mencapai 1.700 peserta. Angka tersebut jika ditambah dengan peserta dari umum atau luar sekolah, mencapai 3.000 lebih," ujar Grace.

Dijelaskannya, dalam tradisi warga Tionghoa, saat perayaan kue bulan seluruh anggota keluarga akan berkumpul guna menyantap kue bulan yang dilakukan saat bulan purnama. Maknanya adalah untuk menjalin kebersamaan di antara keluarga. Kerabat dan keluarga yang beberapa saat terpisah dari keluarga besarnya, biasanya akan berkumpul kembali untuk bersama-sama makan kue bulan. Di China, festival kue bulan menjadi perayaan besar kedua setelah Hari Raya Imlek.

"Festival kue bulan adalah tradisi masyarakat Tionghoa yang dirayakan setiap tanggal 15 bulan ke 18 Imlek. Festival ini juga dikenal sebagai Festival Pertengahan Musim Gugur. Masyarakat Tionghoa merayakaan ketika bulan berada pada puncak kecerahannya di sepanjang tahun," jelasnya.

Tokoh Budaya Tionghoa Riau, Sonika mengatakan, festival pertengahan musim gugur atau Zhong Qiu ini telah dirayakan warga Tionghoa sejak masa Dinasti di Tiongkok. Di mana bangsa Tiongkok sudah mulai memberi penghormatan kepada para dewa-dewi yang dianggap suci pada Dinasti Song (1127-1279). Kemudian untuk merayakan pesta setelah  panen. Ini sebagai ungkapan rasa syukur para petani kepada Tuhan Yang Maha Esa dan alam semesta.

"Maka dibuatlah kue bulan yang bulat melukiskan bulan dengan sajian untuk menghormati Dewi Bulan dan dimakan bersama-sama. Tradisi ini terus berlanjut hingga sekarang," terangnya.

Ditambahkannya, kue bulan merupakan makanan yang dibuat beraneka ragam bentuk dan aroma. Kemudian terbuat dari tepung yang sangat khusus dan mendunia. Kue banyak dijumpai pada bulan kedelapan Imlek menjelang puncaknya bulan purnama (Pue Gwe Cap Go). Termasuk di Pekanbaru yang saat ini tersedia dengan berbagai ukuran dan harga. Mulai Rp35 ribu, Rp45 ribu hingga ratusan ribu rupiah.

"Kue bulan ini digunakan untuk sembahyang di rumah masing-masing atau syukuran bersama di vihara, kelenteng maupun cetya. Ditambah dengan pemasangan hiasan gantungan lampion/lentera bergambar Dewi Bulan (Zhong Qiu) di depan rumah atau di jalan," paparnya.

Menurutnya, festival pertengahan musim gugur yang diiringi dengan sembahyang menggunakan kue bulan dapat menjadi simbol persatuan manusia dengan alam. Karena kue yang disajikan  bernilai budaya spiritual.

PSMTI Riau akan memecahkan rekor MURI dalam kategori ukuran kue bulan terbesar di Indonesia, Sabtu (21/9) besok. Kegiatan dilaksanakan di Kampung Tionghoa-Melayu Jalan Karet Pekanbaru.

Selain itu, festival pertengahan musim gugur dapat dijadikan semangat untuk memperkaya pembinaan spiritual dan memperbaiki moral kebajikan seseorang. Kemudian sebagai momen untuk meningkatkan dana (amal), budi pekerti dan nilai budaya hidup yang serasi, selaras dan harmonis, keselarasan manusia dengan alam dan keharmonisan antar sesama manusia.

Saat ini, tradisi kue bulan menyebar ke seluruh penjuru dunia. Selain Indonesia, beberapa negara seperti Malaysia, Singapura, Hongkong, Tiongkok dan lainnya merayakan dengan meriah. (rep1)