Konflik PT Palma II Dengan Warga

Korban Tewas Jadi 3 Orang

RENGAT - Konflik lahan antara PT Palma II dengan warga di Sungai Erang, Desa Pancur, Kecamatan Keritang, Indragiri Hilir (Inhil) yang berbatasan dengan Desa Penyaguan, Kecamatan Batanggansal, Indragiri Hulu (Inhu), Riau pada Sabtu (6/4), tak hanya menewaskan dua orang karyawan. Sengketa yang berujung pembantaian ini juga menewaskan satu warga Desa Pancur, Zakaria.

 
Jasad Zakaria ditemukan pada Minggu (7/4) sekitar pukul 12.00 WIB. Jenazah pria 40 tahun itu berada tak jauh dari lokasi terbunuhnya karyawan PT Palma II dengan status Penjaga Keamanan (PK), Andi Tatta (24) dan Andi Rusli (27) di Desa Pancur.
 
"Korban pembunuhan jadi tiga orang, satu lagi namanya Zakaria. Dia adalah warga Desa Pancur dan bukan karyawan PT Duta Palma Grup. Jasad Zakaria dijumpai warga sekitar pukul 12.00 WIB di lokasi kebun masyarakat yang jaraknya tak jauh dari lokasi ditemukannya dua jasad karyawan PT Palma II," kata Camat Keritang, Ahmad Ramani, kemarin.
 
Ahmad belum bisa memastikan apakah kematian Zakaria masih terkait dengan konflik lahan ini. Pasalnya, Zakaria adalah warga Desa Pancur, sedangkan yang diduga melakukan pembunuhan kepada dua karyawan PT Palma II adalah warga Desa Pancur. "Saat ini pihak kepolisian dan TNI AD dibantu warga sedang melakukan evakuasi jenazah Zakaria di lokasi," jelasnya.
 
Kepala Kepolisian Sektor Keritang, AKP Ratif mengatakan, polisi masih melakukan olah tempat kejadian perkara (TKP) dan membawa jenazah ke Puskesmas Pengalihan, Keritang. Menurutnya, lokasi penemuan jasad Zakaria jauh dari pemukiman warga. Bahkan untuk mencapai lokasi harus menggunakan kapal pompong. "Kita menyisir lokasi dibantu TNI dan masyarakat setempat," ujarnya.
 
Kepala Desa Pancur, H Wahyudin Rauk membenarkan Zakaria adalah warganya. Menurut dia, Zakaria memiliki dua hektar kebun di areal lahan yang menjadi sengketa. "Korban diperkirakan dihabisi saat Maghrib (Sabtu), yang kemungkinan adalah serangan balasan dari pihak dua orang korban pertama karyawan PT Palma II," ujarnya. "Saat ini rumah warga banyak yang sengaja dibakar," tambahnya.
 
Ditembak
Jenazah dua karyawan PT Palma II, Andi Tatta dan Andi Rusli, yang merupakan warga Desa Pengalihan, sudah berhasil dievakuasi dan dimakamkan pada Minggu. Jasad korban amuk warga ini dalam kondisi mengenaskan.
 
Informasi yang dihimpun Metro Riau, kedua korban dibunuh sekitar pukul 12.00 WIB, Sabtu oleh lebih 20 warga Sungai Erang. Keduanya yang hendak pulang istirahat siang dari lokasi kebun PT Palma II dihadang warga. Saat itu, korban bersama dua rekannya kerjanya Arbain (26) dan Rustam (27) melintasi jalan perkampungan Sungai Erang.
 
Naas bagi Andi Tatta dan Andi Rusli, ketika hendak melintasi anak parit, jembatan sudah dirobohkan warga yang menunggu sambil membawa senjata tajam (sajam) serta senjata api (senpi). Dua korban bersama rekannya masing-masing menggunakan kendaraan roda dua. 
 
Andi Tatta dan Andi Rusli pada posisi depan saat iring-iringan melintas pulang. Sementara dua rekannya di belakang korban. Andi Tatta dan Andi Rusli yang di bagian depan terkepung dan langsung diserang oleh warga dengan tombak dan senpi.
 
Arbain dan Rustam yang berhasil melarikan diri juga dilempari tombak namun tidak kena sehingga selamat. "Tidak ada pertengkaran saat korban distop, korban langsung ditombak dan ditembak serta disiksa," kata mertua Andi Rusli, Andi Syafrudin (37). Andi Rusli menikah dengan anak perempuan Andi Syafrudin, Susi (16) yang saat ini sedang hamil tiga bulan.
 
Andi Syafrudin, yang juga bekerja di PT Duta Palma Grup sebagai tenaga PK dengan mengaku menerima gaji per bulan Rp1,5 juta hingga Rp2 juta. Korban yang juga karyawan sebagai tenaga PK berstatus bersaudara ini bekerja sebagai pengaman alat berat.
 
Andi Syafrudin menceritakan, ia langsung menuju ke lokasi kejadian ketika mengetahui ada pembantaian PK oleh warga Sungai Erang. Andi Syafrudin bersama keluarga serta polisi tiba di lokasi sudah dalam keadaan gelap, dua korban sempat dibawa namun ada tanda-tanda mencurigakan kalau warga masih melakukan penyerangan dan akhirnya jenazah Andi Tatta tercecer. Sedangkan jenazah Andi Rusli berhasil dievakuasi dibantu oleh polisi. 
 
Jenazah Andi Tatta pun akhirnya bermalam. Pada malam itu polisi dan warga tidak berani ke lokasi sebab pelaku menggunakan senpi dan dikhawatirkan akan ada korban. Jasad Andi Tatta baru berhasil dievakuasi pada Minggu siang.
 
Saat dilakukan visum di RSUD Indrasari Pematangreba, Inhu, lanjutnya, jenazah Andi Rusli telihat mengenaskan. Ada luka tembus seperti bekas peluru di bagian perut tembus ke pinggang kiri, ditambah leher hampir putus akibat hantaman benda tajam dari bagian depan dan belakang. Selain itu banyak bekas sayatan benda tajam di sekujur tubuhnya. Sedangkan jenazah Andi Tatta terlihat dengan kondisi hantaman benda tajam luka bocor di bagian perut dan bawah ketiak sebelah kanan.
 
Andi Syafrudin juga menjelaskan, empat unit sepeda motor yang digunakan oleh masing-masing korban dibakar pelaku di dekat lokasi pembantaian. "Sepada motor yang dibakar itu masih kredit dan belum lunas," ungkapnya.
 
Setelah divisum, dua korban langsung dimakamkan di Pengalihan. Di rumah duka, tampak Wakil Bupati Inhil Rusman Malomo bersama Kepala Polres Inhil, Komandan Kodim Inhil, Ketua PN Tembilahan dan beberapa unsur Muspida Inhil lainnya. Dua korban pembunuhan ini dimakamkan dengan iringan ratusan warga.
 
Kapolsek Keritang, AKP Ratif mengatakan, polisi masih melakukan pengejaran terhadap tersangka yang diduga terlibat dalam pembunuhan tersebut. Mengenai identitas pelaku, menurut Kapolsek, sudah diketahui. "TKP berada di perkebunan masyarakat, pelaku dalam pengejaran polisi," ujarnya.
 
Manajeman PT Palma Grup, Alex saat dikonfirmasi Minggu melalui telepon genggamnya mengaku dirinya juga turut mengantar korban ke rumah duka dari RS Indrasari ke Desa Pengalihan. "Kita juga dikawal oleh polisi untuk mengantisipasi terjadi sesuatu yang tidak diinginkan. Kami mengantar korban hingga ke rumah duka. Saat ini administrasi dan pesangon untuk karyawan (Andi Tatta dan Andi Rusli) sedang diurus,” jelasnya singkat.
 
Wilayah konflik yang memakan korban jiwa itu kini dijaga ketat aparat TNI AD. Hal ini untuk mengantisipasi terjadinya bentrok susulan. "Kita sudah menurunkan personil untuk mengantisipasi bentrok susulan," jelas Komandan Kodim 0302 Inhu, Letkol Arm Surya Dharma Damanik.
 
Persoalan Izin
Camat Keritang, Ahmad Rahmani menjelaskan, konflik warga dengan PT Palma Grup ini akibat tidak adanya penjelasan penyelesaian sengketa lahan yang dikuasai oleh PT Palma dengan Izin Usaha Perkebunan (IUP) dari Pemerintah Kabupaten Inhu tahun 2007 semasa Bupati Thamsir Rachman.
 
Ahmad mengungkapkan, IUP tersebut menjelaskan lahan yang dikelola PT Palma Grup 14 ribu hektar ternyata ada 1.800 hektar lahan termasuk dalam Desa Pancur, Kecamatan Keritang, Inhil. Upaya penyelesaian dan ganti rugi sudah dilakukan berulang kali namun pihak prusahaan tidak pernah menyepakati apa yang sudah disepakati oleh warga. "Dokumen Surat Keterangan Tanah (SKT) warga Desa Pancur 1.800 hektar sudah diserahkan ke pihak Palma Grup tapi sudah setahun tidak ada kejelasan," jelasnya.
 
Dijelaskannya, warga dan perusahaan di Sungai Erang sudah sering nyaris bentrok sejak tahun lalu, namun warga berhasil menahan diri. Aksi memuncak tidak bisa dielakan ketika masing-masing pihak saling berkeras. "Semua tahu kalau keras sama keras tentu akan terjadi hal-hal yang tidak diinginkan, warga sudah puas bersabar," ucapnya.
 
Ditegaskannya, semenjak menjabat sebagai Camat Keritang selama 2,5 tahun, dirinya sudah sering kali melakukan upaya mediasi warga dengan pihak perusahaan. Jika dalam pekan ini tidak ada keputusan dari pihak perusahaan, katanya, UPK Kecamatan Keritang akan membuat kesepakatan menarik 900 SKT yang sudah diserahkan ke Palma Grup.
 
Berdasarkan data lapangan, batas Inhil-Inhu di Desa Pancur terdapat di Sungai Erang, Desa Pancur dengan bukti patok Badan Pertanahan Nasional (BPN) tahun 2003. "Di sini jelas ada 1.800 hektar lahan masyarakat dikuasai oleh PT Palma II, anak perusahaan PT Duta Palma Grup sejak tahun 2007," jelasnya. (rep01)