Pelecehan Seks Picu Bentrok

8 Warga Myanmar Tewas di Rudenim Belawan

MEDAN - Delapan warga Myanmar tewas dan 15 orang lainnya luka-luka dalam bentrokan di dalam Rumah Detensi Imigran Belawan, Sumatera Utara, Jumat (5/4) dinihari. Bentrokan antarwarga Myanmar ini dipicu oleh pelecehan seksual.

Kepala Bidang Humas Polda Sumut, Komisaris Besar Raden Heru Prakoso mengatakan, dalam kejadian itu delapan warga Myanmar tewas dengan kondisi terluka. Mereka yang meninggal dunia dari kelompok nelayan. Jenazah mereka masih berada di ruang mayat Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Pirngadi, Jalan HM Yamin, Medan.

Bentrok berdarah ini terjadi dinihari sekitar pukul 00.30 WIB. Situasi baru berhasil diamankan setelah polisi tiba di lokasi sekitar pukul 02.45 WIB. Banyak darah berceceran di Gedung Rudenim.

Kekerasan antar-etnis memang tengah memanas di Burma. Pada 2012, ratusan orang tewas dan lebih dari 100 ribu orang kehilangan rumah di bagian barat Myanmar akibat perseteruan etnis Rakhine Myanmar dengan Muslim Rohingya.

Namun, polisi menegaskan, bentrokan antarwarga Myanmar ini bukan dipicu masalah agama di negaranya. "Saya ingin meluruskan, karena sempat ada pemberitaan yang menyatakan ini karena masalah agama, padahal bukan karena itu," kata Heru.

Disebutkan Heru, masalah ini dipicu pelecehan seksual yang dilakukan kelompok nelayan Myanmar yang tertangkap karena melakukan penangkapan ikan ilegal di Indonesia, terhadap tiga wanita dari kelompok pengungsi Rohingya. "Para wanita ini dilecehkan secara fisik. Tetapi apakah ada perkosaan atau tidak itu yang masih kita telusuri informasinya," kata Heru dilansir detikcom.

Kepala Resor KP3 Belawan, Ajun Komisaris Besar Endro Kiswanto mengungkapkan, di Rudenim Belawan terdapat 100 pengungsi Rohingya, yang sebagian besar tertangkap di lepas pantai Indonesia dan 11 nelayan ilegal asal Burma.

Menurut Endro, para saksi mata bentrokan tersebut melaporkan kepada polisi mengenai bagaimana insiden bermula. Perseteruan tersebut dimulai ketika seorang warga Rohingya mengkonfrontasi seorang nelayan asal Burma. Mereka pun mulai saling menghina satu sama lain. Saling mengejek makin memanas hingga orang-orang tersebut mulai bertengkar menggunakan senjata tajam seperti pisau dan batu.

"Kami masih menyelidiki insiden ini, termasuk darimana mereka mendapat pisau," katanya seperti dilansir tempo.co. "Kami akan mempercepat pemulangan mereka (ke negara asalnya)," tambahnya.

18 Orang Tersangka
Selepas bentrokan, polisi mengamankan 21 warga Myanmar. Polisi menetapkan 18 orang sebagai tersangka. Mereka dituduh melakukan penganiayaan yang menyebabkan hilangnya nyawa orang lain.

Heru Prakoso menyatakan, penetapan 18 tersangka itu dilakukan setelah dilakukan pemeriksaan awal terhadap sejumlah saksi. "Semula yang diamankan 21 orang, setelah diperiksa, kita tetapkan 18 orang yang jadi tersangka. Tiga yang lainnya, akan kita pulangkan," kata Heru.

Disebutkan Heru Prakoso, para tersangka ini dikenakan dua pasal dalam Kitab Undang Undang Hukum Pidana (KUHP). Masing-masing pasal 170 dan pasal 351, yakni secara bersama-sama melakukan tindak kekerasan secara bersama-sama sehingga mengakibatkan orang meninggal dunia. "Proses hukumnya nanti akan ditangani Polres Pelabuhan Belawan," lanjutnya.

Penjagaan di Rudinem Belawan kini diperketat oleh personel kepolisian. Tim Laboratorium Forensik Polda Sumut pun telah melakukan olah tempat kejadian perkara.

Pihak kepolisian juga telah memeriksa Pelaksana Harian Kepala Rudenim Medan, Yusup Umardani. Seusai pemeriksaan, Yusup menyatakan, dia memberikan keterangan terkait kejadian bentrokan yang terjadi. Mengenai kronologis kejadian tersebut. "Sudah saya sampaikan, seputar kronologis kejadian," katanya.

Wakil Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia, Denny Indrayana mengatakan bentrokan antara sesama pengungsi ini disebabkan karena tempat itu dihuni 480 pengungsi. Padahal kapasitas sebenarnya sekitar 50 orang.

Petugas jaga, kata Denny, sudah berusaha menjaga pengungsi agar memelihara ketenteraman. "Saya meminta maaf dan meski petugas sudah berusaha mencegah, delapan orang meninggal," katanya.

"Kejadian ini catatan dan akan menjadi evaluasi kepada kami meski sebenarnya di sana (Rudenim) Belawan sudah dipisah kelompok-kelompok tertentu," tambah Denny.

Denny Indrayana berada di Medan bukan secara khusus mengunjungi lokasi bentrokan di Rudenim. Denny berada di sana untuk mengisi acara orientasi pelaksanaan tugas dan fungsi bagi calon pegawai negeri sipil tahun 2013. (rep01)