Fokus Rohil

Penangkaran Walet Resahkan warga

ilustrasi

UJUNG TANJUNG - Meski menjadi pemasukan Pendapatan Asli Daerah (PAD), penangkaran walet malah membuat resah warga. Pasalnya, suara burung walet maupun bantuan alat pengeras burung yang menghasilkan air liur bernilai mahal ini kerab membuat bising wilayah sekitar.

Tak hanya itu, dampak yang ditimbulkan dari aspek kesehatan juga patut menjadi catatan tersendiri warga sekitar penangkaran. Selain menimbulkan polusi udara, penangkarang walet juga bisa membuat lingkungan semakin kotor dan mendatangkan berbagai penyakit.

"Kotoran burung walet itu selalu berjatuhan tiap saat, atap rumah saya saja sudah hampir tertutup oleh kotoran burung walet dari penangkaran tetangga. Belum lagi kalau kita berjalan di sore hari, terkadang kotorannya juga menimpa kepala," ujar ujang (34), warga Jalan Tanah Putih Tanjung Melawan, Rabu (14/8/2013).

Dikatakanya, suara yang ditimbulkan dari usaha walet meresahkan warga bukan hanya siang dan malam. "Tiap saat menimbulkan bising. Palagi di daerah ini dekat dengan sekolah, jelas menggangu aktivitas para siswa yang sedang melakukan proses belajar mengajar," sambungnya.

Hal senada disampaikan Iwan (40), menurutnya, seharusnya pemerintah lebih memperketat izin penangkaran walet tersebut. "Misalnya saja, penangkaran harus dijauhkan dari pemukiman warga supaya tidak mengganggu," keluhnya.

Salah seorang pemilik usaha walet, Tomy (45), dirinya mengaku bahwa dengan usaha walet yang dimilikinya, selain bisa menambah penghasilan daerah juga bisa membuka lapangan kerja. "Kita membayar pajak ke Dispenda. Bahkan kita juga telah mempekerjakan beberapa warga tempatan," sebutnya. (rep1)