Fokus Rohil

Nelayan Menjerit Akibat Kenaikan BBM

Ilustrasi.

BAGANSIAPIAPI - Sejumlah nelayan-nelayan tradisional yang berada di daerah pesisir pantai seperti Kecamatan Pasir Limau Kapas, Kubu, Bangko dan Sinaboi, Kabupaten Rokan Hilir menjerit akibat kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM). Pasalnya, biaya operasional mereka saat ini semakin membengkak saat melakukan aktivitasnya menangkap ikan. Sementara, hasil tangkapan di tengah laut justru tak sebanding dengan penghasilan.

Salah seorang nelayan tradional Panipahan, Kecamatan Pasir Limau Kapas, Ujang (40) menjelaskan, kenaikan BBM telah memberikan dampak yang sangat menyedihkan. ''Biaya pengeluaran jelas menjadi bertambah setengah kenaikan BBM itu. Semula, solar hanya mencapai sekitar Rp 6.000 per liter di tingkat pengecer. Sekarang ini, harga solar sudah naik menjadi antara Rp 7.000 per liter hingga Rp 8.000 per liter,'' kata Ujang.

Di sisi lainnya, lanjut Ujang, hasil tangkapan dari para nelayan tradisional setelah seharian berada di tengah laut, terkadang masih belum memuaskan. Malahan, tidak sedikit para nelayan tradisional yang berutang setelah kembali dari melakukan aktivitas rutinnya menangkap ikan. ''Bayangkan saja, harga BBM naik, tentu kita menambah pengeluar. Sedangkan hasil tangkapan tidak lain. Malahan, ada yang kosong. Alhasil kan harus berutang. Kalaupun harga jual ikan juga naik, namun kondisinya tidak begitu besar,'' lirihnya.

Camat Pasir Limau Kapas, H Muhmmad Nasir, Jumat (12/7) mengakui hal ini. ''Memang para nelayan tradisional kita sangat merasakan sekali dampak dari kenaikan BBM itu. Ini diketahui dari hasil kita turun ke daerah-daerah dan berdialog langsung dengan masyarakat khususya para nelayan. Biaya untuk membeli BBM telah bertambah. Sementara, hasil tangkapan sudah berkurang. Itu salah satu keluhan yang telah disampaikan kepada kita,'' kata Nasir.

Naiknya harga BBM baik bensin maupun solar yang ada di tingkat pengecer di semua daerah wilayah Kecamatan Pasirlimau Kapas, tambah Nasir, tampaknya tidak terlepas dari kondisi yang ada. Dimana, semua BBM baik bensin maupun solar yang berada di semua daerah di wilayah Kecamatan Pasirlimau Kapas dipasok dari daerah lain. ''Untuk bensin misalnya, didatangkan langsung dari Sumatera Utara (Sumut). Sedangkan solar, didatangkan dari Dumai. Dengan kondisi seperti itu, jelas harga BBM di tingkat pengecer bila lebih meningkat,'' jelasnya.

Kendati demikian, lanjut Nasir, aktivitas para nelayan yang melakukan tugas rutin untuk menangkap ikan di wilayah perairan Kecamatan Pasirlimau Kapas, kondisinya berlangsung normal. ''Yang jelas, begitu harga BBM naik, para nelayan kita banyak yang mengeluh. Karena, biaya pengeluaran bisa bertambah. Tapi ya bagaimana lagi. Kendati BBM naik, nelayan di tempat kita masih tetap melakukan aktivitas rutinnya,'' sebutnya. (rep/01)