Sosialita

Ternyata 2 Dari 5 Wanita Lajang Ingin Adopsi Anak

Ketika Christy Everson menyadari usianya telah beranjak 40 tahun, dia membuat keputusan. Dia ingin memiliki anak, meskipun dia masih lajang dan tidak menikah. Walaupun itu berarti dia harus berjuang dan membesarkan anaknya sendirian, dia tetap memilih untuk memiliki anak.

Everson bukan satu-satunya wanita yang berpikir demikian. Sebuah polling yang dilakukan oleh press-WE tv pada wanita di bawah 50 tahun menemukan bahwa dua dari lima wanita yang masih lajang dan tidak menikah (atau sekitar 42 persen) mempertimbangkan untuk memiliki anak sendiri tanpa pasangan. Sekitar 37 persen memilih untuk mengadopsi anak daripada melakukan inseminasi buatan menggunakan donor sperma.

Di zaman modern semacam ini, pola pemikiran masyarakat telah banyak berubah. Tak sedikit wanita, bahkan di Indonesia, yang memilih untuk mengejar karir dan merasa nyaman hidup sendiri, tanpa pasangan. Begitu juga dengan pandangan terhadap pernikahan. Kini menjadi lajang dan tidak menikah tampaknya telah menjadi salah satu pilihan yang memungkinkan untuk dipilih, baik oleh pria maupun wanita.

Meski begitu, tentunya hal tersebut masih akan mendapatkan tanggapan yang bervariasi dari masyarakat. Bahkan di Amerika sendiri, sekitar 64 persen orang masih berpikiran bahwa wanita lajang yang memiliki anak, baik melalui adopsi atau inseminasi buatan, tak baik untuk lingkungan.

Sementara bagi wanita lajang yang tak ingin memiliki anak, mereka berpikiran bahwa membesarkan anak akan mengganggu karir mereka. Sekitar 47 persen ibu yang bekerja mengatakan bahwa memiliki anak menyebabkan efek buruk pada karir mereka. Sementara hanya 10 persen pria yang berpikiran demikian, seperti dilansir oleh NY Daily News (30/05).

Polling ini dilakukan pada 1.277 orang berusia 18 - 49 tahun secara online, termasuk 298 wanita yang memiliki anak atau tak pernah menikah. Penelitian ini juga mengungkap bahwa sekitar 30 persen responden berpikir wanita mampu membesarkan anak sendirian. Sementara 27 persen menjawab tidak, dan 43 persen berpikir bahwa itu bergantung pada masing-masing individu.

Jumlah wanita yang menginginkan anak tanpa pasangan tampaknya lebih banyak daripada pria, sekitar 42 persen dan 24 persen. Beberapa wanita yang tak ingin memiliki anak tanpa pasangan mengatakan bahwa mereka tak mau anak mereka tumbuh hanya dengan satu orang tua. Sementara yang lain berpendapat bahwa mereka membutuhkan pasangan untuk membesarkan anak bersama.

Apapun kesimpulan yang ditemukan oleh polling di Amerika tersebut, tentunya semua kembali pada masing-masing wanita. Untuk menikah atau tetap melajang, serta mengadopsi anak adalah keputusan dari masing-masing orang. Namun harus diingat bahwa keputusan yang diambil harus juga disertai dengan tanggung jawab penuh untuk menjalankannya.

Bagaimana pendapat Anda mengenali hasil polling di atas? Apakah Anda termasuk orang yang setuju atau tak setuju jika wanita lajang ingin mengadopsi anak tanpa memiliki pasangan? (rep05)