Riau Raya

Di Kepung 674 Titik Api, Asap di Riau Semakin Tebal

PEKANBARU - Sudah satu bulan lebih kabut asap menerjang Bumi lancang Kuning. Musuh bernama kabut asap ini bak cakar harimau telah mencabik-cabik tubuh. Bahkan kabut asap ini telah melumpuhkan seluruh aktifitas masyarakat Riau.
Pendidikan, kesehatan dan sektor perekonomian lumpuh.
 
Berbagai cara sudah dilakukan tim satgas Karhutla untuk menghentikan kabut asap ini. Setelah sempat beberapa hari kabut asap menipis, dan aktifitas mulai lancar, kabut asap kembali menebal.
 
Ahad (27/9/2015) hasil  pantauan Satelit Terra Aqua Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG), di Provinsi Riau hanya terdeteksi 4 titik Hotspot. Namun di Pulau Sumatra terdektsi 674 titik Hotspot yang tersebar di Sumsel 607 titik, Lampung 14 titik, Jambi 37 titik, Bangka Belitung 11 titik, Kepri 1 titik
 
Ya, walau di Riau cuma ada 4 titik api yang terpantau seluruhnya di  kabupaten Siak, namun kabut asap  kiriman dari provinsi Sumatera Selatan nampak semakin menjadi-jadi. Bahkan level udara di Riau kembali pada level "Berbahaya."
 
Jarak pandang di Pekanbaru sendiri saat ini cuma berjarak 100 meter, Rengat  100 meter, Dumai  800 meter dan Pelalawan 200 meter.
 
"Wah, sudah seperti hidup di negeri diawan, setiap hari harus memakai masker untuk menangkal penyakit yang ditimbulkan dari asap ini. Tapi sampai kapan harus begini,"kata Rina salah satu warga yang ditemui Riaupos.co, Ahad (27/9/2015).
 
Ibu rumah tangga ini mengaku akibat kabut asap banyak kerugian yang harus dideritanya. Salah satunya kemerdekaan untuk menghirup udara sehat menjadi hilang."Berolahraga pun tak bisa,setiap hari hidup bersama asap, sudah seperti ikan salai saja,"katanya.
 
Disisi lain, Eri salah satu pengusaha jasa titipan barang dan cargo mengakui akibat kabut asap ini perusahaannya banyak merugi akibat biaya pengeluaran yang semakin membengkak.
 
Diakui, Eri, selama kabut asap ini cost pengiriman barang semakin tinggi. Apalagi jika bandara SSK II lumpuh, sehingga terpaksa harus mencari bandara alternatif yang terdekat di Padang.
 
"Wah, kelimpungan kita, kalau kondisi masih seperti ini. Perusahaan kita bergerak dibidang jasa dan kepercayaan merupakan kuncinya. Sehingga bagaimana cara kita harus tetap tepat waktu mengantarkan barang-barang kiriman ini,"katanya.
 
Eri berharap kondisi yang sudah 18 tahun terjadi di tanah Melayu ini bisa diatasi. Dan dirinya percaya pemerintah pusat pemerintah daerah mampu mengembalikan kondisi cuaca yang kondusif.(rep04/rpc)