Riau Raya

Buat Hujan Buatan, BNPB akan Siakpan Rp40 Miliar

Pekanbaru-Ancaman kebakaran lahan dan hutan (karlahut) makin meningkat dan  pengaruh El Nino moderat menyebabkan kondisi cuaca lebih kering dan musim kemarau lebih panjang hingga November 2015 mendatang.
 
Imbasnya kebakaran hutan dan lahan  mudah terjadi. Sehingga jika tidak diantisipasi dengan baik, bencana asap dapat berulang kembali dan menimbulkan dampak besar.
 
Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB, Sutopo Purwo Nugroho mengatakan, pantauan satelit Modis, Ahad (12/7/2015) terdapat 237 hotspot di Sumatera. 167 hotspot diantaranya berada di Riau, Sumut 37, Sumsel 14, Jambi 18, dan Lampung 1 hotspot. Kabut asap telah menyebabkan jarak pandang turun di Pekanbaru 3 km, Dumai 1 km dan Pelalawan 3 km. Kualitas udara di Kota Pekanbaru pun masuk dalam kategori tidak sehat.
 
"Presiden Jokowi telah mengintruksikan pada Januari 2015 lalu bahwa Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan sebagai penanggung jawab mengendalikan karhutla. BNPB mendukung Kemen LHK dan mendampingi BPBD di daerah. Gubernur dan Bupati/Walikota menjadi penanggung jawab di daerahnya,"kata Sutopo dalam rilisnya yang diterima Riaupos.co, Ahad (12/7/2015) siang.
 
Disampaikannya, salah satu upaya mengatasi karhutla adalah dengan melakukan modifikasi cuaca atau hujan buatan. BNPB bersama BPPT, Kementrian LHK dan TNI AU terus melaksanakan hujan buatan di Riau dan Sumatera Selatan. Di Riau sendiri modifikasi cuaca ini dilakukan sejak 22 Juni 2015 lalu hingga sekarang dengan pesawat CN-295 TNI AU.
 
"Sebanyak 36,5 ton garam (NaCl) telah ditaburkan ke dalam awan dengan 21 kali penerbangan untuk hujan buatan di Riau. Sementara di Sumsel, hujan buatan dilakukan menggunakan pesawat Casa 212-200 Pelita Air Service sejak 9 Juli 2015 dengan menaburkan 5 ton garam," sambungnya
 
Dilanjutkan Sutopo, kerugian ekonomi akibat bencana karlahut di Riau pada periode Februari hingga April 2014 lalu saja sekitar Rp 20 triliun, dimana seluas kurang lebih 2.398 hektar cagar biosfer dan 21.914 hektar lahan terbakar. 58.000 orang menderita ISPA, dan sekolah - sekolah terpaksa diliburkan akibat tebalnya asap.
 
"Untuk memodifikasi cuaca selama 90 hari di Sumatera dan Kalimantan, BNPB telah mengalokasikan dana sebesar Rp40 miliar. Biaya ini sebagian besar untuk operasional pesawat terbang. Saat ini Pemda Kalbar juga sudah mengajukan untuk dilakukan hujan buatan mengatasi karlahut diwilayah tersebut,"tutupnya. (rep05)