Sosialita

Ingat Ya, Depresi Berat Bisa Undang Stroke Mematikan

Jangan biarkan depresi menyerang Anda. Apalagi sampai dibiarkan berlarut-larut tanpa ada upaya pengobatan. Kalau itu yang terjadi, bahaya stroke mengancam nyawa Anda.
 
Hasil studi yang dipublikasikan di Journal of the American Heart Association menyebutkan bahwa orang-orang dengan depresi berkepanjangan memiliki risiko stroke 114 persen lebih tinggi ketimbang mereka yang tidak menunjukkan gejala, sekali pun mereka sudah mendapat perawatan untuk mengatasi gangguan itu.
 
Menurut studi itu, selain memiliki risiko lebih tinggi terkena diabetes tipe dua dan meninggal karena gangguan jantung, orang-orang depresi juga berisiko terserang stroke. Orang-orang berusia 50 tahun lebih yang melaporkan gejala tetap depresi memiliki risiko stroke dua kali lebih tinggi. Peningkatan risiko itu masih tetap ada, bahkan jika mereka sudah merasa lebih baik.
 
Para peneliti membuat kesimpulan itu setelah menganalisis data wawancara dengan lebih dari 16 ribu orang paruh baya berusia 50 tahun ke atas. Setiap dua tahun selama 1998-2010, para peserta studi ditanya tentang sejarah stroke, faktor risiko stroke, dan gejala-gejala depresi mereka.
 
Orang-orang yang melaporkan banyak gejala depresi, tiga atau lebih dari delapan item dalam skala depresi, selama empat tahun berturut-turut memiliki risiko stroke sekitar 114 persen lebih tinggi dibandingkan dengan orang yang tidak punya gejala depresi dalam wawancara.
 
Masih belum jelas bagaimana tepatnya gejala depresi berkepanjangan itu bisa mengarah ke peningkatan risiko stroke. Namun peningkatan risiko tampaknya melekat dalam waktu lama, bahkan setelah depresi pergi. Orang-orang dengan gejala depresi mereda saat wawancara kedua masih punya risiko stroke 66 persen lebih tinggi ketimbang mereka yang tidak menunjukkan gejala.
 
Penulis utama hasil studi itu, Paolo Gilsanz dari Harvard T.H. Chan School of Public Health, mengatakan sampai sekarang para peneliti belum bisa menyimpulkan apakah mereka yang sudah lebih lama bebas dari gejala depresi memiliki risiko stroke yang jauh lebih rendah. "Untuk menilai itu kami butuh studi yang lebih besar," katanya lewat surat elektronik seperti dilansir laman Time.
 
"Kami terkejut melihat bahwa perubahan gejala depresi tampaknya butuh lebih dari dua tahun untuk mempengaruhi risiko stroke," kata Gilsanz. Meski data-data itu menunjukkan bahwa menghilangkan gejala-gejala depresi tidak bisa segera meniadakan risiko stroke, mereka menekankan pentingnya penanganan dini dan menyarankan orang dengan gejala depresi menjaga kesehatannya. (rep05)