Riau Raya

Gawat, Plt. Gubri Sebut 80 Persen Saluran Irigasi di Riau Rusak

Pekanbaru-Pelaksana Tugas Gubernur Riau, Arsyadjuliandi Rachman mengatakan sekitar 80 persen dari total panjang saluran irigasi di provinsi itu, dalam kondisi rusak sehingga menghambat upaya peningkatan produksi padi.
 
"Panjang saluran irigasi kita keseluruhannya 8.500 kilometer lebih, ada 80 persen yang kondisinya rusak ringan dan sedang. Ini jadi perhatian pemerintah untuk membenahinya," kata Arsyadjuliandi Rachman pada seminar ekonomi syariah di Kantor Bank Indonesia Perwakilan Riau di Pekanbaru, Jumat.
 
Pria yang akrab disapa Andi Rachman itu menjelaskan secara geografis kondisi Riau memang tidak semuanya cocok untuk bercocok tanam padi. Karena itu, ia mengatakan Riau masih kekurangan sekitar 300.000 ton beras per tahun sehingga bergantung pada pasokan dari daerah lain seperti Sumatera Barat, Sumatera Utara dan Jawa.
 
"Ada banyak faktor yang membuat pertanian tanaman pangan di Riau tidak berkembang. Mulai dari faktor irigasi yang tidak ada, irigasi rusak, irigasi ada tapi kurang air, hingga luas tanaman padi yang berkurang akibat alih fungsi lahan yang cukup tinggi, yaitu mencapai 10 persen per tahun," kata Andi Rachman.
 
Ia mengatakan pada tahun 2015, Riau sebenarnya menjadi salah satu daerah prioritas untuk merehabilitasi irigasi dari pemerintah pusat. Program dari Kementerian Pertanian dan Kementerian Pekerjaan Umum menawarkan revitalisasi irigasi yang bisa mengaliri lahan pertanian hingga 90.000 hektare.
 
Namun, Andi mengatakan Pemprov Riau hanya bisa menyanggupi perbaikan irigasi untuk pengairan lahan seluas 55.000 hektare. "Itu pun setelah saya lihat kondisinya di lapangan, sepertinya tidak akan bisa tercapai," ujarnya.
 
Karena itu, ia mengatakan masalah ketahanan pangan Riau ke depan harus juga memperhatikan kerja sama dengan daerah-daerah lainnya di regional Sumatera sebab selama ini sentra produksi padi di Sumatera hanya terfokus di Provinsi Sumatera Barat (Sumbar) yang memasok semua kebutuhan ke daerah lain mulai dari Riau hingga Jambi.
 
"Gubernur Sumbar saja kini dibuat pusing karena pembelian dari Jambi dan Riau sangat besar, yang membuat pedagang lebih suka menjual ke luar daerah. Sementara itu, di Sumbar sendiri mereka juga kewalahan karena pasokan sedikit dan akibatnya harga jadi naik," katanya. (rep05/ant)