Nasional

Saatnya Lepas Ketergantungan Bahan Bakar Fosil

Pekanbaru-Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral menyatakan kebutuhan bahan bakar minyak di Indonesia saat ini mencapai 1,25 juta barel per hari (bph), jumlah itu terus bertambah seiring tingginya pertumbuhan penduduk untuk mendorong perekonomian.
 
Bahkan tingginya tingkat ketergantungan masyarakat di berbagai daerah di negeri ini, membuat sumber energi fosil terus menipis dan hanya menghasilkan 649.000 bph yang artinya saat ini kebutuhan nasional telah defisit sebesar 608.000 bph.
 
Pusat Riset dan Pengembangan Kementerian ESDM memperkirakan cadangan energi fosil berupa minyak dan gas bumi Indonesia semakin berkurang dan habis pada 2025.
 
Menurut kajian riset tersebut, kekayaan sumber daya alam selain fosil, yang juga dimiliki Indonesia masih jarang digunakan dan diinovasi. "Indonesia saat ini juga sedang mengalami krisis energi. Pengelolaan energi yang kini sedang berlangsung masih untuk jangka pendek, belum mengupayakan untuk penggunaan jangka panjang," kata Kepala Pusat Riset dan Pengembangan Kementerian ESDM Sutijastoto.
 
Akademisi dari Universitas Riau, DR Wawan mengatakan, salah satu penyebab tidak berkembangnya energi terbarukan disebabkan harga minyak bumi nasional yang terus disubsidi oleh pemerintah. 
 
Pengamat ekonomi Rimawan Pradiptyo mengatakan, meski Indonesia bukan negara sejahtera (welfare state), jenis dan kuantitas subsidi yang dialokasikan pemerintah bagi masyarakat tak bisa dibilang kecil. 
 
Nilai subsidi 2012 untuk BBM mencapai Rp346,4 triliun atau 34,33 persen dari belanja pemerintah pusat. Tak kurang dari 61,17 persen dari total subsidi dialokasikan untuk BBM atau sebesar Rp211,9 triliun dan 27,30 persen untuk listrik yang sekitar Rp94,6 triliun. 
 
Pada tahun 2013, anggaran tersebut berkurang menjadi Rp199,9 triliun dan pada tahun 2014 kembali berkurang menjadi Rp194,9 triliun.
 
Dan diakhir tahun ini, pemerintah mengambil langkah untuk kembali menaikan harga BBM bersubsidi baik jenis premium maupun solar masing-masing Rp2.000 /liter.
 
Pengamat Kebijakan Energi Sofyano Zakaria menyatakan kenaikan harga BBM sebesar itu diperkirakan menghemat Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) sebesar Rp100 triliun. (rep05/ant)