Di Tengah Penolakan UU Ciptaker, Warga Pekanbaru Menjerit Harga Cabai Makin "Pedas"

Kamis, 08 Oktober 2020

PEKANBARU - Di tengah penolakan disahkannya Undang-Undang Cipta Kerja oleh DPR RI, warga Kota Pekanbaru harus dipusingkan dengan harga sejumlah bahan pokok yang mengalami kenaikan yang signifikan, di antaranya untuk komuditi cabai merah dan sayur-mayur. 

Seperti yang terjadi di Pasar Pagi Arengka Pekanbaru, minggu pertama bulan Oktober 2020 ini warga mulai mengeluhkan kenaikan harga cabai merah Bukittinggi (Sumatera Barat) dan cabai merah medan (Sumatera Utara).

Dimana untuk harga cabai merah Medan yang awalnya Rp38.000 per kilogram naik menjadi Rp46.000. Untuk harga cabai merah Bukit dari Rp46.000 per kilogram naik menjadi Rp56.000 per kilogram. Sementara untuk harga cabai rawit masih standar yakni Rp36.000 per kilogram. 

"Parah harga cabai hari ini,  masak tiga hari yang lalu masih kita beli Rp46.000 per kilogram masak hari ini sudah Rp56.000, kalau modalnya aja segitu terpaksa kita juga naikan harga ke pembeli. Dimana untuk satu ons saja kita jual Rp6000," ungkap Ani salah seorang pedagang harian di Kecamatan Marpoyan Damai, Kamis (8/10/2020)

Menurut informasi yang diterima Ani dari pedagang di pasar pagi tempat ia berbelanja, pedagang beralasan naiknya harga cabai karena pengaruh cuaca yang saat ini tidak baik sehingga berpengaruh kepada petani dan jumlah pasokan cabai yang masuk. 

"Katanya karena cuaca sekarang nggak bagus karena berpengaruh kepada pasokan cabai. Bahkan untuk sayur mayur yang memang langsung dipasok dari Kota Pekanbaru sendiri juga mahal, seperti bayam, kangkung selada tergolong mahal dan kualitasnya juga kurang bagus alasannya memang karena cuaca yang sebentar hujuan sebentar panas sehingga berpengaruh kualitas sayur," tambah Ani. 

Tingginya harga komuditas sayur dan cabai ini dikeluhkan oleh masyarakat, seperti yang disampaikan oleh Santi, warga Kelurahan Perhentian Marpoyan ini terpaka merogoh kocek lebih dalam untuk membeli kebutuhan dapur yang makin melejit. 

"Terpaksa beli walaupun mahal, karena kalau masak ngak terasa pedasnya ngak enak pulak. Tapi ya gitu harus putar otak mengatur keuangan di tengah kondisi serba sulit seperti sekarang," ujar Santi.